Powered By Blogger

Wednesday 30 November 2011

bagai mana nak menemubual

tatacara menemubual:
1. hadir ke pejabat dengan cara pemakaian yang kemas.
2. dapatkan temujanji sekiranya individu yang anda akan temui itu seorang yang sibuk.
3. beri salam dan bersalaman semasa memulakan sesi temu bual.
4.gunakan bahasa yag sesuai semasa proses temubual dijalankan......

saper nak tolong???

aku budak mrsm.. kea buat satu folio sal kerjaya..aku nak jdi dentist.. so kena p interview dentist ni..saper yg dah jd detist or  ader kenalan dentist bolah rr tolong aku.. kawasan kota bharu..keno antar 26/12/2011.. saper nak tolong kol aku kat 0129446939...

50 cent many men 3gp rapidshare

50 cent many men 3gp rapidshare

Tuesday 29 November 2011

ku puas..

“Duh.. Den, istriku saja nggak mau macam Aden gini.. Duh, enak bangett.. Sseehh.,” dia meracau.
Ludahku membuat ketiak itu kuyup. Dan asin keringat ketiak yang larut dalam ludah itu kuambil kembali melalui isepan dan sedotan bibir dan lidahku.
“Amppuunn.. Deenn…” rintih nikmat Kang Saridjo.
Kulakukan sama pula pada sebelah ketiak lainnya. Kutinggalkan bekas kecupan pada dadanya. Aku benar-benar seperti kadal yang bergerak menggeliat-geliat merambah dada hingga perut Kang Saridjo.
Saat aku mencium dan melumati perutnya yang macam papan cuci karena otot-ototnya yang bergumpalan tanganku mulai merambahi pinggul dan turun mengarah ke bokongnya. Kemudian saat ciumanku tenggelam ke arah selangkangannya tangan-tanganku melepaskan jari-jarinya untuk merabai celah bukit bokongnya. Ini sensasi baru lagi bagi Kang Saridjo.
Jari-jariku dengan halus merabai pembuangan tainya. Kurasakan bulu-bulu lebat menutupi bibir duburnya. Saat jari-jariku mulai mendesak bibir dubur itu, teriakan kecil Kang Saridjo terdengar, “Ad.. Dden..!! Acchh…” itu pertanda kenikmatan baru menerjang dia. Kang Saridjo tentu tidak mengelak. Bahkan dia mengangkat sedikit bokong dan pahanya untuk memberi jalan lebih terbuka bagi jari-jariku untuk bermain pada lubang tainya itu. Bagiku juga sungguh membakar nafsu. Saat jari-jari berusaha menusuk lubang duburnya terasa sesak, kukulum dulu jari-jariku untuk mendapatkan basah ludahku. Sepintas aroma dubur Kang Saridjo menerpa hidungku.
Akhirnya Kang Saridjo benar-benar melipat kakinya hingga pahanya nempel ke dadanya. Aku dari arah bawah merangkaki dan menindih nyungsep di selangkangannya. Aku semakin menggila menjilati kontol Kang Saridjo. Batang dan kepalanya yang terus mendapatkan lumatan dari lidah dan bibirku terus mengalirkan deras precum-nya mengasinkan lidahku.
Ketika aku mulai mengulum biji-biji pelirnya, jari tanganku sudah mulai menembusi duburnya.
“Acchh.. Achh… Deenn.. Acch…” suara itu sungguh semakin merangsang nafsu seksualku.
Setiap terasa agak sesek jariku kukulum untuk membasahkan pakai ludahku. Setiap kali semen dubur Kang Saridjo yang terbawa jari-jariku kujilat dan kurasakan sepatnya. Ketika jari-jariku mulai keluar masuk lubang itu Kang Saridjo terus merintih kenikmatan.
“Deenn… Adenn.. Ampun Denn.. Enak Den.. Teruzz ddeenn..”
Berikutnya kudorong miring lipatan kakinya hingga rebah ke kasur. Kemudian kudorong lagi hingga Kang Saridjo tahu bahwa aku ingin dia nungging. Dia tahu mauku. Dia berusaha membuka lebih lebar belahan pantatnya dengan cara meletakkan kepalanya ke kasur sehingga bokongnya nungging tinggi.
Dan kusaksikan betapa pantatnya yang coklat hitam penuh bekas-bekas luka lebat tertutupi bulu-bulu badannya. Tepat pada lubang duburnya nampak bulu itu gelap melebat. Duuhh.. Sungguh mempesona libidoku. Aku tak mampu menahan diri. Dengan cara merangkaki dari belakangnya, kubenamkam wajahku ke belahan pantatnya itu. Kuendus aroma khas dari tempat itu. Hidungku membenam dan lidahku mencari-cari.
Sambil menjilati lubang duburnya, tanganku meraih batang kontolnya yang ngaceng menggelantung. Kuelusi dengan sesekali mengocok-ocoknya. Dalam tengkurep nunggingnya Kang Saridjo terus menerus merintih dan mendesah seperti orang kepedasan. Menjilati lubang tai Kang Saridjo sungguh memberikan kepuasan sensasional bagiku. Lidahku yang menusuku-nusuk menyentuh celah yang licin halus di tengah rimbunan bulu duburnya. Terkadang aku menyedotinya. Ludahku yang menyatu dengan bulu-bulu lebat itu melarutkan segala sesuatu yang tertinggal untuk kusedoti.
Ketika birahiku tak lagi tertahan aku bangkit. Penisku yang telah demikian tegang rasanya cukup keras untuk menembusi pantat Kang Saridjo.

“Kang… aku pengin ngentot pantat kamu. Bolehh..??”
“Saya belum pernah. Tetapi terserah.. Adeenn.. Sajaa..”
Laiknya macam anjing kawin aku mendatangi Kang Sardi yang telah nungging demikian sempurna dari arah belakang. Kucocok-cocok-kan ujung penisku ke pantatnya dan kudesakkan.
“Dduhh.. Zzaakitt.. Dduhh.. Deenn.. Nggak ppaa-Pa khan.. Den?”
Aku tak perlu menjawabnya. Kuludahi kepala kontolku sebagai lumasan sdan kusodokkan kembali. Sedikit demi sedikit akhirnya.. Blezz..
“Adduuhh.. Duhh.. Ampunn.. Ddenn…” suara Kang Saridjo sambil menyeringai.
Hanya sekitar 10 detik berikutnya suaranya sudah beda,
“Teruzz ddenn.. Enhakk bangett..”
Sambil terus aku menggenjot-genjot, ku peluki tubuhnya dari arah belakang hingga spermaku muncrat di dalam lubang duburnya. Aku langsung kembali jatuh lemas terkulai di kasur. Kang Saridjo yang tahu aku sudah memuncratkan air maniku di lubang duburnya ikut rebah di sampingku,
“Enak Den..?” sambil merabai perutku, kemudian selangkangan dan kontolku.
Aku hanya menganguk angguk. Aku memerlukan bernafas sejenak sebelum memuasi Kang Saridjo. Mungkin dengan cara mengisepi kontolnya hingga air maninya kembali tumpah ke mulutku.
Kuminta Kang Saridjo bangun untuk jongkok seperti hendak menduduki wajahku. Dengan kembali nungging dia arahkan kontoplnya untuk ‘menembaki’ mulutku. Aku sudah siap untuk mengulumnya. Kumulai kembali dengan menjilati dan menggigit-gigit kecil batangnya yang liat itu. Kepalanya kusapu dengan lidahku. Tepian topi bajanya sangat peka saat lidahku menyentuhnya,
“Duuhh.. Duh.. Dduuhh…” Kang Saridjo terus meracau sambil memompakan kontolnya ke mulutku. Untuk memberikan rangsangan dan rasa nikmat yang lebih tinggi beberapa kali tangan-tanganku juga kembali mengelusi lubang pantatnya.
Tak sampai 2 menit kemudian..
“Ddeenn.. Saya mau kk.. Keluarr.. Ddenn.. Enhaakk bangett.. Telan pejuh saya 6ya ddenn.. Aden mau telan khan.. Den mau telan pejuhku khann..??!!” rupanya itu cara Kang Saridjo meningkatkan birahinya saat spermanya terasa hendak muncrat menumpakhi rongga mulutku..
Sodokkannya semakin cepat. Kontol gede panjang itu demikian kuat menusuki mulutku hingga sering menyentuh tenggorokanku. Beberapa kali aku dibuatnya tersedak. Aku terpaksa menggunakan siku tanganku agar tusukkan itu tak terlampau dalam menembusi mulutku.
Yang kurasakan kemudian adalah semprotan panas yang rasanya tak habis-habisnya. Berliter-litetr air mani Kang Saridjo tumpah muncrat dalam rongga mulutku. Kali ini tak ada yang tercecer. Kurasakan cairan itu demikian kental macam dawet yang hangat di mulutku. Aku berusaha menikmatinya dalam kunyahan-kunyahanku.
Kang Saridjo kembali rebah ke sampingku.
“Terima kasih Denn.. Aden mau melayani aku hingga aku merasakan kepuasan yang tak pernah kudapatkan dari istriku…” sambil merangkul kemudian sedikit menindih untuk menjemput bibirku dalam lumatannya. Lama kami saling melumat bertukar ludah. Kami saling memeluk tubuh dengan penuh birahi. Aku juga mengelusi rambutnya laiknya mengelusi rambut kekasihku. Aku merasakan betapa nikmat mengasihi orang macam Kang Saridjo.
Malam itu kami terus berasyik birahi hingga menjelang pagi. Entah berapa kali aku makan minum spermanya. Di tengah malam kami merasa sangat lapar. Kami makan mie instan yang tersedia di lemari dapur. Kang Saridjo semakin santai menghadapi aku. Kami saling tahu kesukaan lawan mainnya. Dia paling suka saat aku menjilati pantatnya. Dan dia tahu aku paling suka menelani spermanya.
Menjelang pagi dia minta aku nunging. Kang Saridjo ingin ngentot aku dari arah belakangku. Aku rasakan saat-saat batang liat besarnya mulai menembusi analku. Uuchh.. Rasanya seperti anak pompa sedang mengisi rongga analku. Aku berusaha sedikit menggoyang agar bisa menelannya lebih dalam dan.. Blezz.. Kontol segede pisang tanduk Kang Saridjo itu amblas dan pelan-pelan mulai memompa. Ducchh.. Kang Saridjo sudah lihai sebagai pemain seks sejenis. Dia dengan penuh nafsunya memompa pantatku sambil sesekali menariki rambutku seperti joki pada kudanya. Perlakuan itu sangat merangsang libidoku. Aku menikmati kekasarannya.
Ketika saat puncaknya mulai mendekat, Kang Saridjo memeluki tubuhku dari belakang sambil mempercepat laju pompaannya. Jleb, jleb, jleb, jleb.. Dan aku terangguk-angguk oleh sodokannya. Hingga tiba-tiba dia cepat mencabut kontolnya dari lubang analku..
Dengan cepat dia raih kepalaku dan ditariknya aku menghadap ke kontolnya yang siap memuncratkan pejuhnya. Dia sodokan kontol ngaceng berkilatan itu langsung ke mulutku. Dia paksakan aku menelan kontolnya yang baru keluar dari lubang analku.
“Ayo Den.. Telan pejuhku.. Ayoo ddenn..”
Dan muncratlah spermanya ke mukaku dan sebagian besar ke mulutku. Aku merasakan kembali pejuh kental bak dawet dari kontol Kang Saridjo. Aku menelaninya dengan penuh kerakusanku. Sepertinya sangat menikmati dan tak puas-puasnya Kang Saridjo menjejalkan kontolnya ke mulutku,
“Ayyoo Denn.. Minum pejuhku.. Telan Denn.. Makan tuuhh.. Enak kan pejuhku..??”

SEJAK SAAT ITU KAMI BERDUA SERING MELAKUKANNYA.....
Sambil bibir melumati dadanya, tangan-tanganku pelan merosotkan celana itu ke lantai. Aku melirik dari lumatan di dadanya. Yang tinggal hanyalah gundukkan besar dibungkus celana dalam katun coklat. Mungkin sudah dekil. Tetapi tanganku yang tak peduli langsung mengelus, mencemol dan meremas-remas gundukkan besar itu.
Aku terkesima pada hangat dan liatnya gumpalan otot itu. Kontol Kang Saridjo memang luar biasa besar. Aku tak sabar untuk selekasnya menjamahi. Tetapi Kang Saridjo justru meraih mukaku, mengamati. Dari bibirnya yang tebal dengan lingkaran kumisnya yang berantakkan dia berucap, “Achh… Aden cakep banget…”
Dan bibir tebal itu langsung memagut bibirku. Aku menyambutnya dengan penuh nafsu. Aku rasakan duri-duri rambut di dagu dan pipinya menusukki pipiku, bibirku. Aku juga terangsang banget dengan bau keringatnya yang merebak dari tubuhnya. Aku pepetkan tubuhku lebih lengket ke tubuhnya. Aku benamkam mukaku ke mukanya, lehernya. Aku berusaha menghirupi bau tubuh itu.
Semuanya itu seperti simponi birahi. Kenikmatan syahwat melanda dari celah tangan-tanganku yang terus meremas dan membetoti kontolnya, dari mukaku yang tenggelam ke lehernya sambil bibir memagut, dari tubuhku yang lengket keringat dengan tubuhnya. Ahh.. Kang Saridjo.. Kenapa nikmat banget siihh.. Aku melenguh sementara kudengar Kang Saridjo demikian juga. Kini kami sama-sama telah tenggelam dalam syahwat ‘cinta sejenis’.
Untuk lebih leluasa aku giring bergeser menuju tempat tidur. Tepat ditepiannya kudorong tubuhnya hingga terduduk dan kudorong lagi untuk telentang dengan kedua kakinya yang masih menjuntai ke lantai. Aku menindih tubuh kekar itu dan mulutku langsung menjemput mulutnya yang dia sambut pula dengan penuh nafsunya. Dia memeluki tubuhku sambil menggeram-geram lirih melampiaskan desakan birahinya.
Tangan-tanganku tak mau tinggal. Terus meraba-rabai bagian tubuhnya dan merogoh kontolnya di balik celana dalamnya. Genggamanku terasa sangat mantap. Batang gede milik Kang Saridjo terasa berkedut-kedut dan hangat dalam tanganku. Aku meremas-remas pelan penuh perasaanku.
Akhirnya Kang Saridjo sendiri yang mencopot celana dalamnya. Dengan sedikit mengangkat bokong kemudian melipat pahanya dia tarik lepas celana dalam dekil itu. Aku terus memagut dagunya, lehernya, dadanya dan terus turun hingga ke otot-otot perutnya. Bulu-bulu yang melebat terhampar dai bagian depan tubuhnya membuat aku sangat keranjingan. Sedotan dan ciuman bertubi tak putus-putus kulepaskan pada tubuh penuh keringat dan bau lelaki itu.
Kang Saridjo nampak tak mampu menahan kenikmatan yang dia dapatkan. Dia mengaduh-aduh pelahan takut didengar temannya, sambil tangannya mulai mendorong kepalaku agar terus meluncur ke bawah. Aku merasakan dan tahu, dia pengin merasakan betapa mulutku menciumi dan mengulum kontolnya. Acchh.. Kangg.. Jangan khawatir.. Aku siap menjemput batang panasmu..

“Ayoo.. Dd.. Denn… saya udah nggak tahan nihh..!,” dia mendesis. Tangannya semakin kuat mendorong kepalaku.
“Ayyoo.. Den.. Saya mau keluarr..!”
Wah, gawat. Rupanya desakan syahwat Kang Saridjo demikian menggebu. Peristiwa pertama bagi dia pasti merupakan sensasi yang hebat. Aku cepat menjemputnya. Sebelum mengulumnya aku ciumi terlebih dahulu jembutnya kemudian batang dan bijih pelernya. Bau kelelakiannya benar-benar menengelamkan aku dalam syahwatku sendiri.
Saat itu kulihat pada lubang kencingnya nampak membasah bening. Precum Kang Saridjo menunggu jilatan lidahku. Dan tanpa lagi disuruh lidahku sudah menjulur menjemput cairan bening asin itu. Lidahku bermain mengebor lubang kencing Kang Saridjo. Akibatnya..??
Dia mendesis keras menahan nikmat sambil tangannya dengan pedas meremas kepalaku. Kang Saridjo tak mampu menahan kenikmatan yang luar biasa saat lidahku menjilat. Pada saat itu juga dari kontolnya menyembur sperma panas. Sperma itu sangat kental dan kenyal. Serasa aku bisa menggigitnya. Mengangguk-angguk sekitar 6 kali lebih kontolnya menyemburkan spermanya ke wajahku.
“Addeenn.. Deenn.. Denn.. Maapin saya dd.. Eenn.. Maapin saya yaa ddeenn…” sepertinya orang menyesal Kang Saridjo mengeluarkan sperma sambil desahan iba telah berlaku macam begitu padaku. Aku tahu. Peristiwa ini sangat membuatnya ‘merasa salah’ pada dirinya. Dia pikir telah berlaku ‘kurang sopan’ padaku.
Namun justru suaranya itu pula yang membuat aku semakin keranjingan. Kujemput kontolnya masuk dalam kulumanku. Kumainkan jilatan-jilatanku pada lehernya, lubang kencingnya, batangnya. Kusedoti spermanya yang tercecer di jembutnya. Juga dari pipi dan daguku. Kumakan semua sperma Kang Saridjo yang muncrat itu.
“Jj.. Jaangann.. Dee.. Nn. Kotorr…”
Tetapi siapa yang bisa menahan gelora nafsuku pada saat seperti ini. Ciumanku juga melatai selangkangannya kemudian pahanya. Kontolku terasa ingin memuncratkan isinya pula. Aku tidak menunggu apa yang akan dilakukan Kang Saridjo. Dengan menciumi kemaluan, jembut, selangkangan dan pahanya birahiku memuncak dan meledak.
Spermaku muncrat tumpah di tubuh Kang Saridjo dan kasurku. Aku berteriak histeris tertahan bak anjing yang meregang nyawanya untuk kemudian jatuh lemas ke kasur di samping tubuh telanjang Kang Saridjo. Untuk beberapa saat kami saling terdiam.
Sore menjelang pulang kutahan Kang Saridjo agar menemani aku yang di rumah sendirian. Teman-temannya nggak ada yang curiga. Semula Kang Saridjo menampakkan keraguannya.

“Saya belum pamit orang rumah, Den,” katanya.
“N’tar gue bilangin bini lu, Djo,” sergah temannya membuat Kang Saridjo terpaksa mengikuti keinginanku.
Aku yakin sesungguhnya dia juga ingin. Mungkin untuk menunjukkan kepada teman-temannya bahwa nggak ada apa-apa di balik permintaanku itu. Begitu teman-temannya meninggalkan halaman rumah segera kututup pintu halaman dan sekaligus kugerendel. Aku rangkul Kang Saridjo menuju kamar tidurku kembali. Aku ingin puas-puaskan syahwatku bersama tukang AC yang kekar dan gempal ini.
Kenikmatan yang kami awali sejak siang tadi ternyata membakar nafsu syahwat kami menjadi berkobar. Begitu memasuki kamar kami langsung berguling dan saling memagut. Kang Saridjo tak merasa canggung lagi. Malahan dia yang mulai ngomong,

“Isepan Aden tadi siang bener-bener hebat, Den. Saya belum pernah merasakan kenikmatan macam itu. Rasanya pengin lagi, nih”
“Jangan kewatir Kang, aku juga belum pernah nemu pejuh kentel macam kamu punya. Rasanya macam dawet, bisa di seruput dan di gigit-gigit. Pejuhmu gurih banget Kang. Boleh kasih lagi, dong”
“Pokoknya, Den, apa yang Aden mau saya boleh kasihkan untuk Aden”
“Bener, nih…”
Terus terang memang aku yang lebih ‘jemput bola’ dari pada Kang Saridjo. Dia akan ngikut saja apa yang kumau. Kami langsung menelanjangi diri masing-masing. Kang Saridjo rebah telentang di kasurku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa didepanku kini ada tubuh kuli kecoklat hitaman yang gempal, keker, penuh bulu yang siap aku menikmatinya.
Kami masih saling melumat. Tanganku terkadang gemas meremasi bagian daging-daging punggung atau lengan atau paha atau betisnya. Sungguh tampilan Kang Saridjo benar-benar membakar nafsu libidoku. Rasanya aku mau menelan seluruh tubuhnya. Kalau dibanding ukuran tubuhnya, aku yang 168 cm, 62 kg dibanding dengan Kang Sarijo yang mungkin 170 cm dengan beratnya yang hampir 80 kg. Sungguh aku sedang berhadapan dengan raksasa berbulu. Kucemoli pahanya. Kang Saridjo meringis sambil melumat-lumat bibirku. Duh…. Pedihnya bibir ini..
Tiba-tiba dia berhenti. Matanya menutup. Dia mengeluarkan bisikkan serak menahan gelora…
“Terserah Aden, dah.. Saya ngikut…”
Nampaknya dia ingin mengulangi kenikmatan yang dia dapat siang tadi. Aku sangat bernafsu. Kuamati sesaat tubuh raksasa itu sebelum kuangkat kedua lengannya ke atas kepalanya. Kini kusaksikan lembah gempal ketiaknya yang lebat berbulu. Aku mulai melata, menciumi dari tulang iganya naik menuju ke ketiaknya. Aku lakukan dengan sepenuh gairah nafsuku. Dengan penuh merasakan mili demi mili lidahku melata.
Bau tubuh berbulu itu mengiringi dan mendorong rangsangan libidoku tanpa batas. Lidahku terus menjilat untuk menyapu rasa asin dari setiap pori tubuhnya. Kang Saridjo tak henti-hentinya melenguh, merintih terkadang seperti mengigau karena menanggung nikmat jilatan dan gigitanku.
Sampai pada puting-putingnya gigiku menggigit-gigit kecil yang menimbulkan gatal birahi pada dada Kang Saridjo. Tanganku terus menahan agar ketiak Kang Saridjo terbuka menunggu jamahan lidah dan bibirku. Sangat mengairahkan bila tiba saatnya hidung pada tepian ketiak itu. Aromanya yang menyergap membuat darahku mengalir cepat. Tak sabar rasanya lidah dan bibirku melumati ketiak seksi itu. Kang Saridjo baru merasakan hubungan seksual macam Ini...

kasihmu abg rahmat

Bila saya terjaga dari tidur, masih subuh lagi. Dalam kesamaran, saya nampak susuk tubuh bang Rahmat yang agak berisi dan batangnya yang separuh keras. Teringat saya betapa istimewa rasanya bila batang bang Rahmat bergeseran dengan lidah saya semalam.
Ya, batang bang Rahmat merupakan sumber ilham harian saya. Sudah genap 7 tahun kami bersama, saya masih kagum dengan batangnya. Saya bertuah kerana bang Rahmat memang inginkan teman hidup yang sanggup meluangkan masa berpelukan, berciuman dan mengulum batangnya.
Bang Rahmat cuma ada dua kegemaran saja, bola sepak dan melakukan seks. Kebelakangan ini, lebih kerap kami berdua-duaan kalau berpeluang. Mungkin dia nak saya mengecapi seberapa banyak kebahagian yang boleh sebelum dia mencecah usia 50. Baik siang atau malam, baik di biik tidur atau ruang tamu, dia selalu saja peluk saya dan berakhir dengan batangnya diselaputi bibir saya.
Kami tahu bukan semua gay yang berpeluang menemui pasangan mereka apa lagi tinggal bersama. Jadi, kami amat menghargai setiap detik masa kami bersama. Bagi kami, seks itu sama erti dengan cinta. Seks ini satu satu cara kami melafazkan kasih sayang kepada satu sama lain. Nafsu saya terhadap batang Rahmat tiada batasan. Terus saya mendekati bang Rahmat dan menghidu batangnya. Ada sikit bau rokok. Semalam, selepas menghidangkan air maninya ke dalam mulut saya melalui pancutan yang deras, bang Rahmat pergi mandi. Selepas itu dia merokok seketika sebelum masuk tidur.
Dengan perlahan-lahan, saya mencium butuh bang Rahmat dengan ringan supaya tidak jagakan dia. Hari ini hari sabtu, tak usah kerja, jadi saya ada masa yang banyak untuk menghayati keistimewaan batang bang Rahmat. Secebis demi secebis, saya mencium setiap bahagian batang bang Rahmat dari hujung sampai pangkal sambil menghidu bau kejantanannya.
Dengan berhati hati saya menjilat batang bang Rahmat untuk merasai kemanisan batangnya. Pada masa yang sama, jilatan saya dapat membantu saya membasahkan sikit batang bang Rahmat supaya senang saya kulum kemudian.
Sambil menahan nafas, saya menyelaputi butuh bang Rahmat dengan bibir saya. Hujung lidah saya terus menerokai celahan butuh. Sambil saya melap hujung butuh bang Rahmat, sambil saya merasai keenakan batangnya.
Kekadang bang Rahmat mengeluh, “Alangkah bagusnya kalau bang dapat berkenalan dengan sayang sepuluh tahun lebih awal.” Saya tertawa, “Masa itu, saya tak cukup umur lagilah.” Kemudian bang Rahmat akan membisik di telinga saya, “Batang bang ini milik sayang seorang saja, hisaplah sepuas-puasnya.” Saya faham perasaan bang Rahmat. Beberapa tahun lagi, dia akan menjangkau usia 50. Dia juga faham saya masih muda dan seks itu keperluan harian saya, dia nak pastikan sementara dia masih berdaya, dia dapat memenuhi nafsu saya.
Kami tak tahu berapa lama kami dapat hidup bersama, sepuluh tahun? Dua puluh tahun? Tiga puluh tahun? Jadi kami amat menghargai setiap detik masa kami bersama. Kami buat apa yang kami daya mengumpul seberapa banyak pengalaman kami. Setiap ciuman, setiap pelukan, setiap geseran bibir ke atas batang bang Rahmat dan setipa pancutan air mani ke dalam tekak saya akan menjadi kenangan manis besok hari.
Bang Rahmat seorang yang kurang pandai melafaz perasaan, jadi satu satu cara dia menyampaikan perasaannya kepada saya ialah menjadikan tubuhnya milik saya. Bagi dia, kasih sayang itu bukan tuntutan tapi pemberian. Adakalanya waktu dia menonton berita, dia dapat rasa nafsu saya dari pandangan mata saya. Dia akan senyum dan terus tanggalkan seluarnya. Sambil tangannya letak di atas leher saya sambil dia mengajak “mari sayang”. Jadi, sementara dia menonton tv sambil menghisap rokok, saya pula sedut batangnya.
Tiba tiba bang Rahmat menarik nafas panjang dan gerak pahanya. Rasa rasanya dia sudah jaga dari tidur, saya terus hisap batang bang Rahmat dan dapat memerhati bulu batangnya dengan terperinci kerana bilik tidur kami semakin terang dengan sinaran matahari yang baru saja menembusi melalui tingkap.
Kemudian bang Rahmat menghulurkan tangannya dan meraba leher saya sambil mengeluh. Memang ini caranya bang Rahmat bangun dari tidur biasanya dengan saya membangunkan batangnya dulu. Kekadang bang Rahmat akan naikkan sebelah kaki sementara saya asyik menghisap kemudian dengan kaki sebelah lagi supaya kepala saya sekarangni seolah olah dihimpit kedua dua pahanya. Ini membolehkan saya membenamkan kepala saya supaya saya boleh memasuki batang bang Rahamt lebih dalam lagi.
Biasanya bang Rahmat akan baring di sebelah sisinya supaya saya dapat merehatkan leher saya sekejap sambil mengulum batangnya dengan keadaan berbaring. Ini akan disusuli dengan bang Rahmat gerakkan badannya sehinggakan muka saya berhala ke atas dan batang bang Rahmat menenggelami tekak saya dari atas. Biasanya bang Rahmat akan laku dengan perlahan supaya saya tetap menikmati kesedapan batangnya dengan selesa.
Bang Rahmat seorang yang faham peraaan saya, biasanya dia akan tanya saya “Boleh saya masuk lagi?” sambil dia mendalami batangnya ke tekak saya. Biasanya saya akan menyokong berat badan bang Rahmat dengan kedua dua tapak tangan saya memegang pinggang bang Rahmat. Saya akan cuba melonggarkan rahang saya dan menurunkan daya tahanan kedua dua tangan saya supaya batang bang Rahmat dapat memasuki tekak saya dengan lebih dalam lagi sehingga butuhnya mencapi celahan tekak saya.
Ini diikuti dengan seluruh batang bang Rahmat dari pangkal sampai hujung memasuki mulut saya dengan buah zakarnya menghimpit dagu saya dan hidung saya digeser bulu batangnya yang lebat. Bagi bang Rahmat, inilah saat paling nikmat dan paling bermakna. Bagi bang Rahmat, ini suatu tanda yang dia milik saya sehinggakan butuhnya masuk sedalam celah tekak saya. Ini juga saat bang Rahamat semakin mendekati kemuncak. Biasanya kami laku dengan begitu perlahan sekali supaya bang Rahmat dapat menikmati perasaan ini selama mungkin.
Adakalanya bang Rahmat memancut setelah lama bertahan dalam keadaan sedemikian. Biasanya dia akan tahan kemudian keluarkan batangnya daripada mulut saya dengan perlahan kerana dia nak cuba gaya berdiri pulak.
Kami akan beranjak dari katil dan saya bertinggung di bawah tingkap dan bang Rahmat menghala batangnya ke mulut saya dan terus menyerang mulut saya. Biasanya, bang Rahmat dah teruja saat ini dan dia yang mengambil peranan yang aktif pulak. Bang Rahmat akan menghayun batangnya dengan kelajuan yang semakin meningkat. Saya pulak kena pastikan bibirku menyelaputi butuhnya serapat mungkin untuk meningkatkan rasa kesseronokan bang Rahmat. Kemudian, bang Rahmat berhenti menghayun dan giliran saya pulak menyedut dan menghisap batangnya dengan deras.
Begitulah kami bersilih ganti beberapa kali sehinggahkan seluruh badan bang Rahmat berpeluh. Kemudian bang Rahmat pegang belakang leher saya dan menamam batangnya ke tekak saya sedalam mungkin.

cerita pertama...(bahana pemilihan kelab bola tampar)

24 November 2011
15:36


Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena enggak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volly yang ada dikampusnya. Kebetulan semester ini ada rekrutmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena aa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan akademik.
Ternyata setelah menjalaninya satu semester kegiatan akademik tidaklah berat-berat banget. Ia lebih banyak molor di kos seusai pulang kuliah plus sabtu minggu. Semula ia membayangkan kuliah di Fakultas Teknik Elektro akan membuatnya sibuk dengan belajar dan belajar. Ternyata enggak gitu-gitu amat rupanya.
Meski tak terlalu ngotot belajar, semester ini nilai akademik Indra ternyata bagus-bagus semua. Sangat banyak kegiatan eskul di kampusnya ini. Mulai dari aak meaak sampai panjat tebing. Lengkap banget. Karena memang sejak SMU doyan volly akhirnya Indra mutusin gabung di club volly aja. Satu semester enggak latihan volly membuat bodynya yang kekar dirasakannya sedikit berlemak.
Itu perasaan Indra doang. Coba tanyain si Dini, selingkuhannya di kampus, ia tidak merasa tubuh Indra berlemak. Ia awam soal otot-otot lelaki. Tubuh Indra menurutnya sexy abis. Tinggi, kekar, dan proporsional. Sangat menggairahkan bagi cewek-cewek di kampus. Apalagi kalau Indra cuman pakai celana renang doang saat di kolam renang, semua cewek bakalan melototin tubuh Indra yang memang oke banget. Ramping tapi penuh otot.
Tapi itulah, mungkin karena ia olahragawan maka Indra lebih tahu kalau di tubuhnya yang kekar itu mulai nongol lemak-lemak. Jadi jangan protes kalau ia tetap mutusin untuk ikutan club volly. Saat nelpon ke Reny kekasihnya di Palembang sang cewek setuju-setuju aja Indra ikutan club volly.
“Yang penting jangan terlalu capek sayang, nanti enggak bisa belajar dengan baik lagi,” pesan mesra Reny dari seberang pulau.
Sebagai inforai Indra ini asal Palembang. Turunan Arab dan Melayu Palembang. Bayangin aja gimana gantengnya tuh anak. Lulus SMU ia kuliah di Bandung. Sementara Reny sang pacar tinggal di Palembang karena enggak lulus SPMB. Akhirnya tuh cewek harus kuliah di perguruan tinggi swasta disana. Niatnya tahun depan ikutan SPMB lagi supaya bisa lulus dan sama-sama kuliah di Bandung. Jadi bisa deket-deketan dengan Indra. Reny memang bertekad kuat agar lulus SPMB tahun depan.
Selain ingin kuliah di PTN favorit, juga supaya bisa memantau kelakuan si Indra. Reny soalnya tahu banget kelakuan binal cowoknya yang ganteng ini. Gila sex. Kalau enggak ‘bercinta’ seminggu saja kepalanya bisa puyeng. Libidonya gila-gilaan. Untung aja Reny bisa nandingin gila sexnya Indra. Makanya Indra sampai sekarang aih betah pacaran dengan dia.
Sebelum dengan Reny Indra sudah berkali-kali gonta-ganti pacar. Reny itu awalnya selingkuhannya juga. Tapi karena ngesex dengan Reny bisa memuaskan Indra maka akhirnya Indra mutusin untuk jadian aja dengan Reny. Meninggalkan pacar-pacarnya yang lain. Awal kuliah, Indra nyoba untuk setia dengan Reny. Enggak mau pacaran dan cari cewek lain. Tapi mana tahan dia. Baru seminggu kuliah kepalanya sudah puyeng. Apalagi kepala bawahnya. Hehehe. Begitu kenal Dini, mahasiswi fakultas ekonomi yang mojang Bandung asli itu, niatnya untuk setia pada Reny terlupakan sudah.
Dini kini jadi pasangan tetap ngesexnya. Tiada hari dilewatinnya tanpa nyemprotin vagina Dini pakai spermanya. Meski tak sehebat Reny, namun Dini cukup bisa memuaskan kebutuhan ngesexnya Indra. Dan karena itu Indra aih tetap jadian dengan Reny. Ia aih ingin kalau balik ke Palembang bisa ngesex sepuasnya dengan ceweknya sejak SMU itu.
Hari Sabtu pagi Indra sudah nongkrong di gelanggang olah raga. Biasanya Sabtu dan Minggu pagi, gelanggang oleh raga ini ramai dengan mahasiswa yang berolah raga. Gelanggang ini bisa digunakan untuk volly, basket dan juga badminton. Tapi nampaknya Sabtu ini gelanggang khusus dicarter oleh club volly untuk ngadain rekrutmen. Ada dua puluh laki-laki bertubuh tinggi atletis menggenakan pakaian olah raga yang seragam warnanya. Kaos lengan pendek warna biru muda dan celana pendek warna biru tua.
Mereka adalah anggota inti club volly yang akan merekrut sepuluh mahasiswa baru terauk Indra. Dengan stelan kaos lengan pendek, celana pendek dan sepatu olah raga yang berbeda-beda sepuluh calon anggota baru club volly sudah berbaris rapi. Siap mendengarkan arahan dari salah seorang anggota tim volly. Indra mengenal mahasiswa yang akan memberikan arahan itu. Adriansyah namanya, tepatnya Teuku Adriansyah. Mahasiswa teknik mesin semester V, asal Aceh.
Adriansyah ini adalah ketua club volly. Anaknya benar-benar jago maen volly. Bila dia turun main membela kampus maka penonton akan bersorak-soari mendukungnya. Apalagi cewek-cewek. Selain menikmati permainannya yang oke, cewek-cewek ini juga sekaligus menikmati keindahan fisiknya. Wajahnya ganteng ditopang tubuh bertinggi berat 178 cm dan 65 kg. Siapa yang enggak ngiler lihatnya.
“Hari ini kita mengadakan serangkaian tes. Bisa jadi kalian diterima seluruhnya. Namun bukan tidak mungkin satupun dari kalian tidak ada yang diterima. Kami hanya merekrut mereka-mereka yang benar-benar berkualitas, patuh pada aturan club, dan loyal melaksanakan perintah senior,” demikian Adriansyah mengawali arahannya.
Sepuluh calon anggota baru manggut-manggut. Adriansyah menyambung lagi kata-katanya,
“Tes pertama adalah wawancara sekaligus tes kemampuan fisik. Disini para interviewer akan meneliti secara komprehensif kesungguhan dan motivasi kalian bergabung di club. Selain itu juga untuk mengorek inforai pengalaman yang kalian miliki di bidang olah raga khususnya volly. Karena itu seperti yang diumumkan dalam selebaran pengumuman, apabila kalian memiliki piagam, sertifikat penghargaan berkaitan dengan kegiatan olah raga silakan diperlihatkan pada interviewer nanti. Selain itu pewawancara juga akan mengetes fisik kalian. Silakan tunjukkan kemampuan fisik kalian yang prima. Tes wawancara dan fisik ini akan berakhir siang nanti menjelang makan siang. Setelah makan siang dan istirahat tes akan dilanjutkan dengan kemampuan bermain volly hingga selesai. Barangkali itu aja, ada yang ingin bertanya?” tanya Adriansyah.
Semua diam.
“Baiklah kalau gitu. Karena enggak ada yang ngajuin pertanyaan, maka kita mulai saja tes wawancara dan fisik. aing-aing kalian akan dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara yang tempatnya ditentukan oleh senior itu sendiri. Dimanapun tempatnya kalian tidak boleh protes. Meskipun di toilet sekalipun. Semua pertanyaan harus dijawab, semua perintah senior harus dilaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Ini perlu saya tekankan sekali lagi. Hasil tes wawancara dan fisik sangat menentukan lulus tidaknya kalian nanti,” Adriansyah mengakhiri arahannya. Ini sih namanya plonco dibungkus rekrutmen, batin Indra.
Tapi dia cuek aja. Itung-itung latihan mental dan fisik, katanya dalam hati. Satu persatu calon peserta dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara. Beneran, ada juga yang dibawa ke toilet wanita, hehehe. Akhirnya tiba giliran Indra. Yang membawanya adalah Adriansyah dan seorang senior berkulit hitam. Daniel Marantika namanya. Meski hitam orangnya ganteng banget. Hidungnya mancung, rahangnya kukuh dan tubuhnya kekar sekali. Daniel ini adalah kapten tim volly kampus saat ini. Indra merasa bangga karena yang mewawancarainya adalah sua orang yang sama-sama punya nama di club.
Indra mengikuti langkah Adriansyah dan Daniel yang membawanya meninggalkan lapangan. Mereka membawanya ke salah satu ruang ganti yang banyak terdapat dipinggir lapangan. Ruang ganti itu tidak terlalu besar ukurannya. Hanya sekitar lebih kurang 3 x 3 meter persegi. Biasanya digunakan untuk tempat ganti pakaian empat sampai lima orang. Adriansyah dan Daniel mempersilakan Indra meauki ruangan.
Didalam sudah disediakan tiga kursi lipat disusun berhadapan. Indra dipersilakan duduk menghadap kedua senior itu. Sebelum memulai wawancara Indra melihat Daniel mengunci pintu ruang ganti dan mengantongi kunci itu di saku celana pendeknya.
“Nama?” tanya Adriansyah mengawali wawancara.
“Indra,” jawab Indra singkat.
“Nama lengkap dong,” sela Daniel.
“Muhammad Indra Ramadhan,” jawab Indra lagi.
“Hmm.. Nama yang bagus,” Adriansyah manggut-manggut,
“Turunan Arab ya?” sambungnya.
“Iya,” jawab Indra sambil mikir kok mesti nanya-nanya SARA sih.
“Asal?”
“Palembang,”
“Disini tinggal sama siapa?”
“Kos,”
“Dimana?” “Dago,”
Bergantian Adriansyah dan Daniel mengajukan pertanyaan.
“Mmm sudah punya cewek?” ini Daniel yang nanya.
Lho, kok nanya yang beginian sih? Batin Indra. Aneh. Enggak nyambung sama urusan volly. Tapi karena ingat arahan Adriansyah di lapangan tadi segala pertanyaan harus dijawab tanpa protes, maka dijawab juga pertanyaan itu oleh Indra.
“Sudah a.”
“Cool, dimana ceweknya sekarang?”
“Di Palembang a dia enggak lulus SPMB kemarin,”
“Pacaran jarak jauh nih ceritanya. Punya labaan dong disini,” kata Adriansyah tersenyum nakal. Waduh, kok makin ngawur pertanyaannya.
“Kok pertanyaannya enggak soal volly a,” tanya Indra.
“Tadi kamu dengar arahan kan. Semua pertanyaan harus dijawab. Kita berdua bebas nanyain apa aja dan kamu enggak boleh protes. kalau gitu wawancaranya dihentikan aja, kamu boleh pulang,” ancam Daniel. Indra jadi serba salah.
“Bukan gitu a. Sorry kalau gitu. Apa tadi pertanyaannya? O iya labaan ya.. Mmm.. Ada sih. Namanya juga laki-laki a, hehehe,” Indra nyengir grogi.
Adriansyah dan daniel menatap tajam padanya. Indra makin grogi jadinya.
“Pernah ngesex dong. Sering mungkin,” tanya Daniel dingin.
“Erngg.. Pernah a. Kalian berdua juga pernah kan, hehe,” Indra coba mencairkan suasana.
Tapi percuma.
“Yang ditanya kamu, bukan kami. Jadi enggak usah bertanya soal kami,” Adriansyah berkata sama dinginnya seperti Daniel.
“Pernah apa enggak?”
“Pernah a,” Indra makin grogi.
“Sama dua-duanya?” tanya Daniel.
“Iya,”
“Berapa kali seminggu?”
“Bisa empat sampai lima kali a,”
“Nafsu gede kamu ya,”
“Enggak juga a,”
“Kebanyakan ngesex enggak loyo badan kamu? Bisa ganggu aktifitas olah raga dong,” tanya Adriansyah.
Nah ini pertanyaan sudah mulai ke aalahnya, fikir Indra. Semangat Indra menjawab.
“Enggak lah a. Malah semakin semangat. Yang penting stamina tetap dijaga. Saya selalu makan makanan yang bergizi dan minum susu,”
“Hmm.. Gitu ya,”
“Iya a,”
“Enggak takut pacar dan labaan kamu hamil?” tanya Daniel.
Pertanyaannya kok balik-balik ke soal sex lagi sih? Fikir Indra. Tapi dia tak mau protes lagi. “Enggak a. Kan ngesexnya tembak luar,”
“Tembak luar?”
“Ejakulasinya dilakukan diluar a,”
“Kurang jelas,” kata Daniel.
Gimana sih? sudah segede ini aak mereka berdua enggak ngerti, batin Indra. Percuma ganteng-ganteng dan body gede kayak gini kalau enggak pernah ngesex. aak enggak ngerti tembak luar. Ada-ada aja. Kata Indra dalam hati.
“Maksudnya gini a, kalau sperma sudah mau nyembur maka penis dicabut dari vagina. Terus spermanya disemburin di luar,”
“Mmm.. Disemburin dimana spermanya?” tanya Adriansyah cuek. Astaga!
“Ya terserah a. Bisa di perut. Di dada, di muka, terserah,”
“Mmm gitu ya,”
“Iya a. Kalian berdua belon pernah ya?”
“Kok nanyain kita berdua?”
“O iya a. Lupa,”
“Waktu dikeluarin di luar, penisnya dikocok-kocok sendiri dong,”
“Ya iya dong a,”
“Sama dengan coli dong kalau gitu,”
“Enggak dong a. kalau ini kan sempat diaukin vagina. Kalau coli kan enggak. pakai tangan doang,”
“Kurang seru ya Niel,” kata Adriansyah pada Daniel.
“Iya. Tembak dalam baru asyik,”
“Kalian berdua suka tembak dalam ya. Enggak kuatir entar hamil?”
“Ngapain takut hamil, kita tahu caranya supaya enggak hamil kok,”
“Pakai kondom ya a,”
“Buang-buang duit pakai kondom,”
“Hitung kalender ya,”
“Kayak akuntan aja pakai hitung-hitungan,”
“Kalian berdua ikutan vasektomi ya, maaf lo a,”
“Enak aja. Sialan lo,” Indra nyengir.
“Abis gimana dong?”
“Mau tahu caranya?”
“Boleh a,”
“Sabar ya. Entar pasti dikasih tahu. Sekarang lanjutin wawancara aja dulu,”
“Yaa..” Indra mulai penasaran.
Anak satu ini emang gila sex. Jadi kalau sudah dipancing bicara soal itu maka dia akan semangat banget.
“Penasaran ya,”
“Iya.. “
“Hehehe. Sabar ya Indra. Eh, ngomong-ngomong kamu punya penyakit dalam enggak?”
“Penyakit dalam? enggak ada Mas. Saya sehat luar dalam,”
“Korengan enggak lo,”
“Kalian ada-ada aja,”
“Bawa surat keterangan dokter?”
“Enggak ada Mas. Kan enggak ada disuruh bawa. Saya cuman bawa piagam dan sertifikat prestasi olah raga doang,”
“Kamu harusnya kreatif dong. Meski enggak disuruh, harusnya bawa. Soalnya kan itu bukti otentik mengenai keterangan kamu sehat atau enggak. Siapa tahu diperlukan. Ternyata sekarang diperlukan kan?” kata Adriansyah.
“Terus gimana dong Mas?”
“Kamu harus buktiin dong kalau kamu emang benar sehat luar dalam,”
“Kalian bisa lihat kan tubuh saya enggak ada koreng atau sejenisnya. Kalian lihat deh,” Indra mengangkat kaosnya ke atas menunjukkan perut dan dadanya yang putih bersih. Juga mengangkat celananya menunjukkan pahanya yang berotot itu benar-benar putih bersih. Enggak ada bekas koreng. Adrianysah dan Daniel serius memandangi.
“Itu kan luarnya doang, dalemnya gimana. Kita harus buktikan kamu itu emang sehat luar dalem. Kalau enggak kita enggak bisa ngelulusin,” Daniel ngomong berwibawa.
Indra mengkeret. Ia enggak mau enggak lulus seleksi hanya karena hal sepele doang.
“Kalau gitu nanti saya urus surat keterangannya Mas,”
“Kita perlunya sekarang,”
“Saya benar-benar enggak ngerti harus gimana Mas. Sekarang terserah Kalian berdua aja gimana caranya,”
“Kalau kita periksa mau? Gini-gini kita pernah jadi anggota PMR, jadi ngerti kesehatan tubuh manusia,” terang Adriansyah.
“Terserah Kalian aja,” Indra pasrah.
“Oke kalau gitu. Bawa steteskop Niel?”
“Bawa dong. Ada di tas,” Daniel beringsut mengambil steteskop ditas ransel yang dibawanya. Indra bingung anak teknik kok bawa-bawa steteskop, kayak dokter aja, fikirnya.
“Kenapa? Bingung ngelihat Daniel bawa ginian. Ini namanya mengantisipasi orang-orang kayak kamu,” terang Adriansyah menjawab tanda tanya Indra.
Jawaban ini membuat Indra nyengir malu, Adriansyah ternyata bisa menebak fikirannya.
“Sekarang buka baju biar diperiksa kesehatan kamu,” kata Adriansyah.
“Berdiri disitu,” Indra berdiri lalu melepaskan kaosnya. Kemudian tegak menunggu.
“Celananya juga,” kata Daniel.
“Celana?” Indra meyakinkan.
Ia memandang Daniel dan Adriansyah bergantian.
“Iya celananya juga. Celana dalam juga. Sepatu sama kaos kaki enggak usah,” sahut Adriansyah.
“Telanjang maksudnya?”
“Yup,”
“Buat apa?”
“Siapa tahu elo ambeyen,”
“Enggaklah Mas. Saya enggak ambeyen,”
“Makanya buka semua. Kalau emang enggak ambeyen ngapain takut,”
“Bukan takut.. Tapi.. “
“Malu? Ada-ada aja. Sama-sama cowok juga kok mesti malu. Atau kami perlu telanjang juga sekalian supaya kamu enggak malu?”
“Enggak usah Mas,” Indra segera melepaskan seluruh pakaiannya. Kini tubuhnya yang kekar telanjang bulat dihadapan Adriansyah dan Daniel.
“Suka fitness ya Ndra?” tanya Daniel.
“Rutin Mas. Seminggu dua kali,”
“Pantes. Renang juga ya?”
“Iya,”
“Otot lengan, dada, dan perut kamu terbentuk bagus jadinya,” kata Adriansyah.
Dengan santai ia meremas otot-otot Indra, membuat cowok ini merasa risih. Adriansyah menempelkan steteskop di dada bidang Indra. Ia mendengarkan dengan serius degup jantung pemuda itu. Berdiri telanjang dihadapan dua cowok seperti itu membuat Indra deg-degan. Jantungnya berdegup kencang.
“Kok degupannya keras banget Ndra. Jangan gugup dong,” kata Adriansyah.
Indra nyengir. Stetoskop berpindah-pindah tempat. Dari dada kiri ke kanan. Ke perut dan sebagainya. Indra bingung kok meriksanya begitu sih? Fikirnya. Adriansyah menghentikan pemeriksaan steteskopnya.
“Ada yang perlu diperiksa lagi Niel?” tanyanya.
Daniel mengangguk, ia berdiri di belakang Indra. Jemarinya mengelus punggung pemuda itu. Kemudian turun kebawah ke pinggang dan buah pantat Indra.
“Kamu bungkuk deh. Nungging,” kata Daniel.
“Untuk apa Mas?”
“Saya mau periksa kamu ambeyen atau enggak?” jawab Daniel.
Indra akhirnya nurut. Ia membungkukkan badan dan melebarkan pahanya. Daniel jongkok di belakang Indra. Membuka buah pantat Indra dengan santai. Indra menunggu apa yang dilakukan Daniel. Ia jadi inget ketika ikutan tes masuk SMU Taruna Nusantara. Dulu diapun diginiin untuk tes pemeriksaan ambeyen. Jemari Daniel tiba-tiba menyusup ke celah pantatnya. Indra memejamkan matanya. Rasanya perih.
“Seret Ndra, tolong ambilin baby oil itu deh,” kata Daniel.
Akhirnya Indra tahu apa guna baby oil yang sejak tadi diletakkan dekat tempat duduk Adriansyah dan Daniel. Adriansyah segera melemparkan botol baby oil itu pada Daniel. Cowok Ambon itu segera melumuri jari tengahnya dengan cairan baby oil itu. Kemudian jari itu dimasukkannya lagi ke celah lobang pantat Indra. Jari itu menusuk ke dalam. Indra membiarkan saja.
Namun apa yang dilakukan Daniel kemudian membuat Indra terhenyak. Jari tengah Daniel bergerak-gerak, mengaduk-aduk lobang pantatnya. Indra merinding. Rasanya geli-geli enak. Jari tengah Daniel bergerak maju mundur di celah lobang pantat Indra. Menimbulkan gesekan yang membuat Indra keenakan. Ia memejamkan matanya. Bibir bawahnya digigitnya.
“Kenapa Ndra? Enak ya?” tiba-tiba Adriansyah sudah berbisik di telinganya. Bibir cowok ganteng itu dirasakannya menyentuh daun telinganya.
“He eh,” Indra menyahut lirih.
Wajahnya merah. Ia ketangkap basah menikmati sodokan jari Daniel itu.
“Pemeriksaannya sudah selesai, kamu bebas ambeyen Ndra. Jarinya mau dikeluarin atau tetap didalam aja?” tanya Daniel dari belakang.
“Biarin didalem aja Mas,” kata Indra pelan.
“Ya sudah kalau gitu,” Daniel melanjutkan sodokan jarinya. Keluar masuk lobang pantat Indra. Sensasi yang ditimbulkan membuat Indra terangsang. Tanpa disadarinya penisnya membesar.
“Penis kamu kok ngaceng sih Ndra?” tanya Adriansyah.
Tiba-tiba tangannya sudah menggenggam penis Indra yang gemuk dan panjang. Tangan itu licin. Rupanya Adriansyah melumuri tangannya dengan baby oil. Perlahan tangan Adriansyah meremas-remas lembut batang penis Indra.
“Ahh.. ” tanpa sadar Indra mengerang. Tangan Adriansyah semakin nakal. Kini mulai bergerak seperti mengocok dengan lembut.
“Enak Ndra?” tanya Adriansyah lagi.
“He eh,”
“Mau yang lebih enak Ndra?” tanya Daniel.
“Mau mas. Mau,” seminggu tak ‘bercinta’ dengan Dini membuat Indra tak bisa menguasai nafsunya.
Ia membiarkan saja dua laki-laki tampan dan jantan itu mengerjai daerah sekitar selangkangannya. Mulut Daniel dirasakan Indra menyentuh kulit buah pantatnya. Sesaat kemudian dari mulut itu keluar lidah Daniel. Lidah itu mulai melakukan jilatan-jilatan di sekitar pantat Indra.
“Ahh.. ” Indra kembali mengerang.
Matanya dipejamkannya kuat-kuat. Tanpa disadarinya Adriansyah rupanya sudah jongkok dihadapannya. Tiba-tiba Indra merasakan kepala penisnya dikulum. Seperti kuluman Reny atau Dini. Indra menggelihat. Rasanya kepalanya ringan. Tubuhnya seperti melayang. Ia sangat keenakan merasakan kuluman dan jilatan di daerah vitalnya. Lidah Daniel menyapu celah pantat, hingga buah pelernya yang menggantung.
Sementara mulut Adriansyah mengulum kepala penisnya sambil menyapukan lidahnya di dalam mulut. Indra mengerang. Sekian lama Indra terbius oleh permainan mulut kedua laki-laki gagah itu. Ia terhanyut. Ia lupa bahwa yang melakukan itu adalah laki-laki sama sepertinya. Namun pada satu waktu tertentu ia tersadar. Akal sehat menguasainya kembali.
“Astaga! Ini gila!” seru Indra tiba-tiba.
Ia melepaskan dirinya dari kedua laki-laki itu. Ia menjauh dari keduanya.
“Kalian.. Mengapa kalian melakukannya padaku.. Tak kusangka kalian gay,” katanya dengan ekspresi yang campur baur.
Penuh birahi dan bingung dengan apa yang terjadi. Adriansyah dan Daniel berdiri tegak menatap Indra.
“Apa maksud kamu Ndra?” tanya Adriansyah.
“Kalian homo. Kalian dua laki-laki homo. Aku tak mau diperlakukan seperti itu,”
“Kamu ada-ada saja. Bukankah tadi kami melakukannya atas permintaanmu,”
“Aku tadi khilaf. Tak sadar,”
“Jangan berdalih. Kamu tidak dalam keadaan mabuk Ndra. Kamu menikmatinya, akui sajalah,” kata Daniel tegas.
“Aku.. Aku.. Tak mengertii.. Aku tidak mau jadi homo seperti kalian,” Indra bingung.
Adriansyah dan Daniel mendekat. Memegang tubuh Indra erat.
“Tak usah bingung Ndra. Mari kami jelaskan. Duduklah dulu,” ajak Adriansyah.
Indra mengikuti meskipun bingung.
“Kamu salah persepsi tentang kami berdua,” kata Daniel.
“Salah persepsi bagaimana? Kalian jelas-jelas gay. Aak kalian mau ngemut penis dan jilat pantatku?”
“Kamu kurang memahami sex Ndra. Makanya banyak-banyak baca buku tentang sex. Bukan berarti karena kami ngemut penis kamu terus kami jadi homo,” kata Adriansyah.
“Jadi apa namanya?”
“Entahlah. Yang pasti kami hanya bermaksud mengajarkan kamu melakukan sex dan dapat berejakulasi di dalam tanpa perlu takut hamil”
“Maksud kalian anal sex?”
“Begitulah kira-kira,”
“Dengan sejenis?”
“Ya,”
“Itu gay sex namanya,”
“Terserah kamu menyebutnya apa. Yang pasti meskipun kita melakukannya namun tidak mengurangi rasa suka kita pada cewek Ndra,” kata Daniel.
“Maksud kalian?”
“Kami sudah sering melakukannya berdua. Tak ada komitmen. Tak ada cinta. Hanya memuaskan birahi saja. Dan yang terpenting tidak mengganggu hubungan cinta dengan cewek kami masing-masing,”
“Kalian.. Sering melakukannya?”
“Ya.. Mengapa? Ada yang aneh?”
“Kalian gila,”
“Terserah apa katamu,” Adriansyah tak berkata-kata lagi.
Ia memandang ke arah Indra dengan tatapan tajam. Indra grogi akan pandangan itu. Ia membuang muka. Perlahan-lahan Adriansyah melepaskan pakaiannya diikuti oleh Daniel. Kedua cowok itu kini telanjang bulat dihadapan Indra, hanya sepatu dan kaos kaki saja yang tidak mereka lepas.
Keduanya kemudian merapat. Lalu berpelukan erat dilanjutkan dengan saling melumat bibir. Penuh nafsu dan buas. Jemari mereka saling meraba ke semua lekuk-lekuk tubuh mereka yang berotot kencang. Indra merinding melihatnya. Kembali ia membuang muka.
“Gila. Aku mau keluar dari sini,” kata Indra.
Ia melangkah ke arah pintu. Diputarnya gerendel pintu namun terkunci. Ia teringat bahwa kunci itu disimpan di kantong celana Daniel. Indra mengarahkan pandangannya ke arah Adriansyah dan Daniel kembali. Mencari-cari celana Daniel yang tadi terserak setelah dilepaskan oleh cowok Ambon itu.
Mau tak mau ia kembali menatap Adriansyah dan Daniel yang aih terus beraksi. Malah semakin vulgar. Mulut Adriansyah sibuk melumat puting susu Daniel yang kecoklatan, membuat cowok Ambon itu menggelinjang-gelinjang. Adriansyah semakin liar, ia melanjutkan lumatan bibirnya ke ketiak Daniel yang penuh bulu. Tanpa risih dan jijik mulut Adriansyah menyelomoti ketiak teman satu clubnya itu. Indra terhenyak. Tak pernah dibayangkannya hal seperti ini. Menonton pergumulan cabul dua laki-laki jantan. Melihat pemandangan baru ini membuatnya lupa mencari kunci pintu.
Pandangannya tak lepas melihat apa yang dikerjakan oleh dua mahasiswa teknik seniornya itu. Adriansyah kemudian menungging seperti anjing, tangan dan kakinya digunakan sebagai tumpuan. Daniel berjalan ke belakang Adriansyah. Juga menungging, wajahnya tepat di buah pantat Adriansyah yang putih dan montok. Lidah Daniel kemudian sibuk menjilat-jilat pantat dan penis Adriansyah. Penis Adriansyah yang gemuk dan panjang ditarik Daniel ke belakang untuk memudahkannya mengulum dengan penuh kenikmatan. Seperti anak kecil mengulum permen. Keduanya benar-benar penuh gairah birahi. Mereka tak memperdulikan lagi keberadaan Indra. Warna kulit mereka yang hitam dan putih terlihat sangat kontras. Puas dengan kulum mengulum penis dalam posisi nungging keduanya melanjutkan ke posisi selanjutnya.
Adriansyah dan Daniel berbaring di lantai. Penis Adriansyah masih di mulut Daniel. Adriansyah kemudian memutar tubuhnya. Mulutnya mencari-cari penis Daniel. Setelah ketemu penis yang gemuk dan panjang berwarna gelap itu langsung dikulumnya. Indra bingung. Melihat percumbuan cabul dua mahasiswa itu membuatnya terangsang. Penisnya mengeras. Akal sehatnya hilang sudah. Tangannya mengambil botol baby oil, lalu melumuri isinya ke telapak tangannya. Duduk mengangkang di lantai dikocoknya penisnya sendiri sambil mempelototi percumbuan Adriansyah dan Daniel.
Adriansyah mendekati Indra. Ia tersenyum mesum melihat Indra yang terangsang dengan percumbuan mereka. Mulutnya langsung mencaplok penis Indra. Daniel mengikuti. Dua laki-laki itu lalu asyik mengulum penis Indra dengan buas. Mereka saling berebutan seperti anjing berebut tulang.
Sesekali celah pantat Indra yang ditumbuhi bulu halus pun mereka jilat. Indra seperti kerasukan setan. Ia mengerang-erang. Pahanya dikangkangkannya semakin lebar. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi Adriansyah dan Daniel mengerjai perkakas cintanya. Tangannya mencari-cari penis dua seniornya itu. Setelah dapat tangannya langsung menggenggam penis Adriansyah dan Daniel. Kemudian mengocoknya dengan penuh semangat birahi yang liar.
Capek berebut penis Indra dengan rekannya, Daniel bangkit. Tinggallah Adriansyah sendiri mengulumi penis Indra. Daniel mendekatkan selangkangannya ke wajah Indra. Cowok ini langsung paham keinginan Daniel. Tanpa fikir dua kali penis Daniel yang hitam, gemuk dan panjang itu langsung ditelannya. Mulutnya menyelomot dengan buas. Sambil menyelomot tangannya terus mengocok-ngocok penis cowok Ambon itu dan penis Adriansyah.
Pantat Daniel bergerak maju mundur. Kepalanya menengadah. Mulutnya mengeluarkan erangan-erangan. Ia begitu keenakan. Sedotan mulut Indra di penisnya dirasakannya seperti reaan vagina. Layaknya seperti ‘bercinta’ saja dirasakannya saat itu. Meski belum pernah melakukan pergumulan sex dengan sejenis tapi Indra cepat dapat beradaptasi. Ia langsung tahu apa yang harus dilakukannya. Mungkin karena cowok ini sudah berpengalaman bercinta sebelumnya. Pada dasarnya ia hanya melakukan apa yang biasanya diperbuatnya saat bercinta. Memfungsikan seluruh organ tubuh untuk membangkitkan birahi pasangan bercintanya. Mungkin inilah yang dinamakan insting sexual.
Di selangkangan Indra Adriansyah terus mengulum dengan giat. Tak lupa jarinya mengaduk-aduk lubang pantat Indra. Tentu saja hal ini membuat Indra semakin menggila. Tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pantatnya meresapi nikmatnya sodokan jari Adriansyah yang keluar masuk lubang pantatnya. Padahal sudah tiga jari Adriansyah yang keluar masuk lubang pantatnya itu. Namun Indra tak merasakan sakit. Hanya sensasi nikmat yang dirasakannya.
“Ohh.. Oohh.. A.. A.. Enak bangethh.. ” kata Indra meracau.
“Kamu suka Ndra? Suka?” tanya Adriansyah.
“Suka a.. Suka bangethh.. Sshh.. “
“Mau Kalian kasih yang lebih enak Ndra?”
“Apa itu? ahh.. Sshh.. “
“Kalian masukin ya pantat Indra?”
“Masukin apa? aghh.. “
“Penis Kalian,”
“Jangan sakithh.. “
“Enggak sakit Ndrah, coabin deh.. “
“Jangan mas,”
Tapi Adriansyah enggak perduli. Ia langsung bersimpuh diantara selangkangan Indra. Paha Indra diletakkannya diatas pahanya. Tangannya mencengkeram paha Indra kuat-kuat, menahan cowok itu agar tak bergerak. Indra ketakutan melihat penis Adriansyah yang segede terong menyapu-nyapu bibir celah pantatnya. Wajahnya dipalingkannya kebawah, mencoba melihat apa yang akan dilakukan Adrianysah. Namun Daniel yang sedang keenakan enggak rela kuluman Indra pada penisnya terhenti.
Ditariknya wajah Indra agar tetap mengulum penisnya. Jadilah Indra mengulum penis Daniel sambil melirik dengan mata mendelik melihat apa yang akan dikerjakan Adriansyah. Kepala penis Adriansyah menekan ke celah pantat Indra yang basah oleh keringat dan lumuran baby oil dari jari Adriansyah. Dinding bibir celah pantat Indra melesak masuk ke dalam saat kepala penis Adriansyah mendorong masuk.
“Mas ahh.. Ahh.. ” Indra mengerang.
Tak terlalu perih memang dirasakannya karena lubang pantatnya sudah licin dan tadi juga sudah disodok jari oleh Adriansyah. Namun anal sex adalah hal baru buatnya. Desakan kepala penis Adriansyah ke lubang pantatnya cukup membuatnya kurang nyaman. Lubang pantatnya terasa penuh.
“Pelan-pelan mas,” katanya lirih.
Adriansyah mencium hidung mancung Indra.
“Tahan dikit ya Ndra. Entar juga enak kok,” katanya tersenyum.
Penisnya terus menekan masuk. Makin lama makin dalam. Sambil terus menggoyang pantat Daniel memperhatikan apa yang dikerjakan Adriansyah. Tangannya mengelus-elus rambut Indra yang hitam dan ikal.
“Mas ohh.. Gede banget Ahh..” Indra mengerang.
Adriansyah tersenyum bangga. Penisnya emang gede. Pernah lihat terong ungu? Nah segitulah ukuran penis Adriansyah. Coba aja tes terong ungu masukin pantat, gimana rasanya. Penis Adriansyah masuk sudah semuanya. Memenuhi rongga lubang pantat Indra. Jembut Adriansyah yang lebat dan kasar menggesek-gesek pantat Indra.
“Gimana Ndra?” tanya Adriansyah tersenyum mesum.
“Gila mas, kok bisa masuk ya?” sahut Indra tak percaya.
Dilepaskannya penis Daniel dari mulutnya. Kepalanya menoleh ke bawah memandang tak percaya pada lubang pantatnya yang sempit namun bisa menelan penis Adriansyah yang gede seluruhnya.
“Itulah hebatnya,” jawab Adriansyah sok bijak sambil nyengir. Indra hanya menggeleng-geleng tak percaya.
“Gimana rasanya Ndra?”
“Penuh mas,” jawab Indra.
“Kalian goyang ya,” kata Adriansyah.
“Cobain mas,” jawab Indra.
Adriansyah menarik penisnya keluar. Tak seluruhnya. Indra mengerang. Gesekan penis itu terasa aneh banginya. Sedikit perih namun kok enak. Adriansyah mendorong masuk lagi. Lalu tarik lagi, masuk lagi.
“Ahh.. mas, gila enak mas,” kata Indra.

“Enak kan, nikmatin yah,” Adriansyah bergerak terus.
“Aohh.. Mas kali cewek ngerasain enak begini ya waktu vaginanya dientot penis,” kata Indra.
“Mungkin Ndra.. Ahh.. Ahh.. “
“Pantes mereka doyan, ahh.. Ahh.. Ahh.. “
“Ndra penis gue emut lagi dong,” kata Daniel.
Rupanya dia keki juga dicuekin. Indra segera menyeruput penis Daniel lagi. Kulumannya makin semangat. Soalnya dia keenakan sih dientot Adriansyah. Jadi semangatnya makin menggelora.
“Ouhh.. Slurrpp.. Slurrpp.. Ohhmm.. Mmhh.. Aohh.. Slururpp..”
Mulut Indra ramai dengan lenguhan, erangan dan suara sedotan. Adriansyah terus bergerak. Makin lama makin cepat, menimbulkan suara kecipak dan tepukan yang keras. Mulutnya mencari dada bidang Indra. Kemudian sibuk melumat dengan buas. Ketiga laki-laki itu begitu binal. Tubuh mereka basah bersimbah keringat. Mengkilap membuat otot-otot mereka semakin terlihat tegas lekuknya. Mereka benar-benar sudah hanyut oleh birahi yang liar.
Seandainya saja cewek-cewek mereka melihat apa yang mereka kerjakan saat ini pasti akan syok. Tak menyangka kekasih mereka yang jantan ternyata begitu binal bermain cinta dengan sesama jenisnya. Mereka bercinta seperti kesetanan. Buas. Aroma keringat mereka yang jantan (bukan bau apek lho) memenuhi ruang ganti yang sempit itu. Hal ini malah membuat birahi mereka semakin menggila.
Pantat Adriansyah bergerak sangat cepat. Indra mengerang antara enak dan sakit. Dalam hati Indra tersenyum, tak menyangka kalau biasanya selama ini ia yang bergerak cepat ‘bercinta’ kini malah ia yang dientot seperti ini. Dan ternyata ia sangat menikmatinya. Lima belas menit berlalu.
“Ndri, gantian dong,” kata Daniel.
Rupanya diapun kepengen.
“Ahh.. Ah.. Ahh.. Dikithh.. Lagihh.. Nielhh.. Ahh.. Ahh.. Ahh.. ” jawab Adriansyah.
Gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak kuat. Ini tanda-tanda orgasme akan segera datang.
“Sudah mau keluar,” tanya Indra.
“He eh.. Ahh.. Ahh.. Ahh.. Ahh..” Adriansyah mencium dan mengulum payudara Indra dengan kuat. Lalu pantatnya menghetak keras untuk kemudian menekan kuat. Penisnya berdenyut-denyut. Tak lama dari lubang kencingnya menyembur cairan kental dan hangat. Menyemmprot deras membasahi rongga pantat Indra.
“Erghh.. ” Indra mendengus.
Semprotan itu menimbulkan sensasi yang aneh baginya. Nikmat. Tubuh Adriansyah roboh menindih Indra. Ototnya menegang. Daniel melepaskan penisnya dari multu Indra. Tubuh Adriansyah digesernya kesamping membuat cowok itu berbaring telentang di lantai dengan nafas menderu. Daniel menyuruh Indra menungging. Dengan terburu-buru Daneil menancapkan penisnya ke dalam lubang pantat Indra yang aih belepotan sperma Adriansyah. Indra menurut saja apa yang dikehendaki Daniel.
Karena sudah diembat Adriansyah sebelumnya maka Daniel tidak kerepotan membenamkan penisnya ke lubang pantat Indra. Ia langsung beregrak cepat. Rupanya penisnya sudah hampir orgasme karena dari tadi dikulumin Indra terus. Ia hanya ingin menuntaskan orgasmenya di lubang pantat juniornya yang ganteng dan kekar itu. Pinggang Indra dipeluk daniel erat-erat. Pantatnya bergerak cepat. Mulutnya mencumbu punggung Indra yang berorot. Indra ikut bergoyang pantat membalas. Ia sudah keranjingan dientot rupanya. Tak lama Danielpun orgasme. Tubuhnya kelojotan. Spermanya membasahi rongga lubang pantat Indra. Bercampur dengan sperma Adriansyah.
Kemudian tubuhnya terasa lemas. Tubuh Indra ditariknya ikut bersamanya berbaring berlantai. Nikmatnya lubang pantat Indra membuat Daniel tak ingin segera melepaskan penisnya dari situ. Tubuh Indra dipeluknya erat dari belakang. Ia berbaring di lantai dengan penis masih menyusup di celah lubang pantat Indra. Nafas Daniel memburu. Indra juga. Matanya terpejam. Ia menghayati sensasi orgasme Daniel di lubang pantatnya. Semburan sperma Daniel, dan sebelumnya Adriansyah, ternyata sangat luar biasa nikmat dirasakan Indra. Ia tak menyangka seperti itu rasanya.
“Gimana Ndra?” tanya Adriansyah sambil tersenyum menatap mata Indra.
“Gila, enak banget. Enggak nyangka seperti ini rasanya,” sahut Indra.
“Masih merasa bahwa kami ini gila?” tanya Adriansyah.
“Enggak lagi mas. Pantes aja Kalian berdua doyan. Habis enak sih. Ngomong-ngomong kalau Kalian berdua ‘bercinta’ siapa yang dientot?” tanya Indra.
“Ya gantian dong. Karena ‘bercinta’ sama enaknya. Jadi sayang dilewatin,”
“Kalau gitu saya boleh nyobain dong ngentotin Kalian berdua,”
“Boleh aja. Sekarang?”
“Kalau Kalian berkenan,” Indra nyengir.
“Ya sudah sini,” kata Adriansyah.
Dengan santai cowok ganteng dan jantan itu mengangkangkan pahanya yang berotot dan ramai dengan bulu-bulu halus. Entah kenapa Indra merasa sangat bergairah melihat cowok ganteng itu mengangkang seperti itu. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Daniel lalu bersimpuh di depan selangkangan Adriansyah.
“Bikin licin dulu Ndra lubang pantat Kalian,”
“Pakai apa?”
“Pakai sperma yang ada di pantat elo aja,”
Indra segera mengambil sperma yang belepotan di pantatnya lalu dilumurinya di celah pantat Adriansyah. Sebagian dilumurinya juga di batang penisnya yang sudah mengacung.
“Nah sekarang pelan-pelan masukin,” kata Adriansyah.
Indra menekan kepala penisnya. Perlahan-lahan.
“Gila mas. Sempit banget,” komentarnya.
“Beda kan sama vagina,”
“Yoi, susah banget dimasukin,”
“Tekan terus Ndra,”
Dengan bimbingan Adriansyah akhirnya penis Indra dapat menembus lubang pantat seniornya itu.
“Ahh.. Rasanya mencengkeram ya,”
“Itu otot-otot rongga pantat Ndra. Lebih ngeremas dari vagina kan,”
“Yoi, rasanya enak banget,”
“Sekarang coba digenjot deh,” Indra memulai genjotannya. Pelan.
“Ohh.. A enak mas. Nyesel deh baru sekarang nyobainnya.. Ahh.. Ahh.. “
“Makanya.. Hehe.. “
Begitulah. Dengan penuh semangat Indra menggenjot seniornya itu. Pengalaman baru ini dirasakannya sangat luar biasa. Tak ada lagi rasa jengah, jijik, risih pada dirinya. Padahal orang yang sedang dientotnya dengan penuh birahi itu adalah laki-laki seperti dirinya. Sama-sama memiliki penis sepertinya yang mana saat itu penis Adriansyah bergoyang-goyang akibat genjotan Indra.
Mulut Indra sibuk menjelajahi tubuh Adriansyah yang kekar. Dada, perut, leher, wajah, ketiak dan setiap lekuk tubuh cowok tampan itu tak luput dari lumatan bibir Indra.
“Buas banget sih Ndra,” komentar Adriansyah menggoda cowok Palembang itu.
“Habis enak mas.. Ohh.. Ohh.. Ohh.. Ohh.. ” balas Indra nakal.
Indra menyuruh Adriansyah bertukar posisi beberapa kali. Mulai dari telentang, nungging, duduk di lantai, plus duduk di kursi. Rupanya cowok ini doyan ‘bercinta’ dalam berbagai posisi. Melihat begitu bernafsunya Indra Daniel jadi terangsang. Dia minta gantian dengan Adriansyah. Indra sih santai aja.
Kini cowok Ambon itu yang dikerjainnya. Turunan Arab memang hebat stamina dalam bercinta. Empat puluh lima menit berlalu. Sudah terjadi pertukaran pemain antara Adriansyah dan Daniel. Namun Indra aih terus melaju. Daniel juga sudah kecapekan. Ia lalu meminta Adriansyah untuk kembali menggantikannya.
“Gila Ndra, kuat banget,” kata Adriansyah saat mengambil posisi menduduki penis Indra. Tubuh Indra berbaring di lantai.
“Ya memang gitu mas. Mau diapain lagi,” jawab Indra santai.
Adriansyah lalu bergerak cepat diatas tubuh Indra. Dipandanginya wajah cowok tampan yang penisnya sedang didalam lubang pantatnya ini. Keperkasaan pemuda ini menimbulkan rangsangan birahi yang berbeda bagi Adriansyah. Berbeda dari yang dirasakannya saat ‘bercinta’ dengan Daniel atau dengan beberapa laki-laki lain yang pernah ‘bercinta’ dengannya (ini rahasia lho, Adriansyah dan Daniel ini sudah sering ‘bercinta’ dengan laki-laki sebelumnya, terutama sesama tim volly, saat ini saja semua anggota tim volly sedang ngentotin para calon anggota, makanya wawancaranya dilakukan di tempat tertutup seperti ini, sebenarnya club volly ini adalah kumpulan laki-laki normal yang ternyata doyan juga ngesex dengan sejenis).
Saking bergairahnya tanpa sadar Adriansyah bergoyang ngebor bak Inul diatas tubuh Indra. Berputar-putar menghentak-hentak. Tentu saja ini membuat Indra semakin keenakan. Akhirnya persetubuhan mereka menjadi sangat liar dan binal. Sambil menghentak-hentak pantat dengan keras, Adriansyah mengocok-ngocok penis sendiri yang gemuk dan panjang. Sementara dalam keadaan berbaring Indra memegang pinggang Adriansyah dan ramping sambil menggoyangkan pantat bergerak membalas.
Mulut keduanya mengerang, nafas memburu. Daniel sampai terkesima melihat permainan keduanya. Beberapa kali ‘bercinta’ dengan sejenis tak pernah ia melihat pergumulan seliar ini. Dan akhirnya Adriansyah tak sanggup menahan orgasmenya. Dalam keadaan menghentakkan pantat keras-keras dan mengocok penis spermanya menyembur. Deras dan kuat. Melompat sampai mengenai wajahnya.
“Ndrahh.. Ohh.. Ndarhh.. Muncratt.. Ahh.. Ahh.. Ahh..”
Dibawahnya Indra juga berusaha keras menuntaskan orgasmenya. Mulutnya sampai manyun-manyun. Pantatnya mengentak kuat sekali. Beberapa saat kemudian akhirnya tuntaslah. Tubuh Indra kelojotan. Kepalanya menengadah. Pantatnya menekan keras ke atas. Adriansyah membalas menekan dengan tak kalah kuat. Ia ingin memberikan Indra kenikmatan sempurna saat orgasmenya datang. Dan sperma Indra menyembur-nyembur di lubang pantat Adriansyah. Deras dan banyak. Adriansyah menggeram, menikmati sensasi semburan itu yang luar biasa dirasakannya. Sementara Indra mengerang keras.
“Arhh.. Oohh.. “
Selanjutnya keduanya berbaring telentang bersisian. Nafas mereka memburu. Dada bidang mereka naik turun dengan cepat. Mereka kelelahan.
“Niel, hh.. Jam berapa sekarang?”
“Jam sebelas Ndri, kenapa?”
“Bangunin aku kalau jam istirahat sudah nyampe. Aku ingin tidur nih. Capek banget,” kata Adriansyah dengan suara lemas.
Yang ada difikirannya saat itu hanya tidur. Beristirahat untuk mengembalikan staminanya yang terkuras karena bercinta dengan Indra.
“Oke boss,” jawab Daniel tersenyum. Selanjutnya Adriansyah tertidur, demikian juga dengan Indra. Daniel juga menyusul. Sebelumnya disetelnya alarm jam tangannya agar membangunkannya jam dua belas, saat istirahat.
Akhirnya Indra diterima di club volly. Bukan hanya karena dia memang jago main volly, namun juga karena dia jago main penis, hehehe. Adriansyah tak mau kehilangan pemaen sepotensial Indra. Yang bisa memuaskan birahinya. Jadilah sejak itu hari-hari Indra diisi dengan kuliah, main volly, dan pesta sex dengan Adriansyah dan Daniel dan Robert, dan Dicky, dan banyak lagi. Hehehe. Ia benar-benar keranjingan ngesex dengan cowok. Saking keranjingannya, ia lebih memilih ajakan ngesex dari salah satu anggota tim volly yang sedang birahi tinggi di malam minggu daripada ngapelin Dini, labaannya. Mereka akan berpesta sex semalaman hingga pagi menjelang. Apalagi bila ajakan sex itu melibatkan tiga sampai empat orang cowok ganteng dan macho. Indra semakin bersemangat. Karena ia paling suka dientot atau ngentotin pantat sambil mengulum dua atau tiga penis sekaligus di mulutnya. Paling doyan bila penis itu tak kalah gede dibandingin terong ungu.