Powered By Blogger

Tuesday 29 November 2011

cerita pertama...(bahana pemilihan kelab bola tampar)

24 November 2011
15:36


Daripada setiap hari sabtu dan minggu molor di kos-kosan karena enggak ada kegiatan perkuliahan, Indra akhirnya mutusin ikut dalam club volly yang ada dikampusnya. Kebetulan semester ini ada rekrutmen anggota baru. Semester lalu Indra memang mutusin untuk full kegiatan akademik karena aa itu awal ia kuliah setelah lulus SMU. Saat itu ia tak ingin diganggu dengan segala tetek bengek selain kegiatan akademik.
Ternyata setelah menjalaninya satu semester kegiatan akademik tidaklah berat-berat banget. Ia lebih banyak molor di kos seusai pulang kuliah plus sabtu minggu. Semula ia membayangkan kuliah di Fakultas Teknik Elektro akan membuatnya sibuk dengan belajar dan belajar. Ternyata enggak gitu-gitu amat rupanya.
Meski tak terlalu ngotot belajar, semester ini nilai akademik Indra ternyata bagus-bagus semua. Sangat banyak kegiatan eskul di kampusnya ini. Mulai dari aak meaak sampai panjat tebing. Lengkap banget. Karena memang sejak SMU doyan volly akhirnya Indra mutusin gabung di club volly aja. Satu semester enggak latihan volly membuat bodynya yang kekar dirasakannya sedikit berlemak.
Itu perasaan Indra doang. Coba tanyain si Dini, selingkuhannya di kampus, ia tidak merasa tubuh Indra berlemak. Ia awam soal otot-otot lelaki. Tubuh Indra menurutnya sexy abis. Tinggi, kekar, dan proporsional. Sangat menggairahkan bagi cewek-cewek di kampus. Apalagi kalau Indra cuman pakai celana renang doang saat di kolam renang, semua cewek bakalan melototin tubuh Indra yang memang oke banget. Ramping tapi penuh otot.
Tapi itulah, mungkin karena ia olahragawan maka Indra lebih tahu kalau di tubuhnya yang kekar itu mulai nongol lemak-lemak. Jadi jangan protes kalau ia tetap mutusin untuk ikutan club volly. Saat nelpon ke Reny kekasihnya di Palembang sang cewek setuju-setuju aja Indra ikutan club volly.
“Yang penting jangan terlalu capek sayang, nanti enggak bisa belajar dengan baik lagi,” pesan mesra Reny dari seberang pulau.
Sebagai inforai Indra ini asal Palembang. Turunan Arab dan Melayu Palembang. Bayangin aja gimana gantengnya tuh anak. Lulus SMU ia kuliah di Bandung. Sementara Reny sang pacar tinggal di Palembang karena enggak lulus SPMB. Akhirnya tuh cewek harus kuliah di perguruan tinggi swasta disana. Niatnya tahun depan ikutan SPMB lagi supaya bisa lulus dan sama-sama kuliah di Bandung. Jadi bisa deket-deketan dengan Indra. Reny memang bertekad kuat agar lulus SPMB tahun depan.
Selain ingin kuliah di PTN favorit, juga supaya bisa memantau kelakuan si Indra. Reny soalnya tahu banget kelakuan binal cowoknya yang ganteng ini. Gila sex. Kalau enggak ‘bercinta’ seminggu saja kepalanya bisa puyeng. Libidonya gila-gilaan. Untung aja Reny bisa nandingin gila sexnya Indra. Makanya Indra sampai sekarang aih betah pacaran dengan dia.
Sebelum dengan Reny Indra sudah berkali-kali gonta-ganti pacar. Reny itu awalnya selingkuhannya juga. Tapi karena ngesex dengan Reny bisa memuaskan Indra maka akhirnya Indra mutusin untuk jadian aja dengan Reny. Meninggalkan pacar-pacarnya yang lain. Awal kuliah, Indra nyoba untuk setia dengan Reny. Enggak mau pacaran dan cari cewek lain. Tapi mana tahan dia. Baru seminggu kuliah kepalanya sudah puyeng. Apalagi kepala bawahnya. Hehehe. Begitu kenal Dini, mahasiswi fakultas ekonomi yang mojang Bandung asli itu, niatnya untuk setia pada Reny terlupakan sudah.
Dini kini jadi pasangan tetap ngesexnya. Tiada hari dilewatinnya tanpa nyemprotin vagina Dini pakai spermanya. Meski tak sehebat Reny, namun Dini cukup bisa memuaskan kebutuhan ngesexnya Indra. Dan karena itu Indra aih tetap jadian dengan Reny. Ia aih ingin kalau balik ke Palembang bisa ngesex sepuasnya dengan ceweknya sejak SMU itu.
Hari Sabtu pagi Indra sudah nongkrong di gelanggang olah raga. Biasanya Sabtu dan Minggu pagi, gelanggang oleh raga ini ramai dengan mahasiswa yang berolah raga. Gelanggang ini bisa digunakan untuk volly, basket dan juga badminton. Tapi nampaknya Sabtu ini gelanggang khusus dicarter oleh club volly untuk ngadain rekrutmen. Ada dua puluh laki-laki bertubuh tinggi atletis menggenakan pakaian olah raga yang seragam warnanya. Kaos lengan pendek warna biru muda dan celana pendek warna biru tua.
Mereka adalah anggota inti club volly yang akan merekrut sepuluh mahasiswa baru terauk Indra. Dengan stelan kaos lengan pendek, celana pendek dan sepatu olah raga yang berbeda-beda sepuluh calon anggota baru club volly sudah berbaris rapi. Siap mendengarkan arahan dari salah seorang anggota tim volly. Indra mengenal mahasiswa yang akan memberikan arahan itu. Adriansyah namanya, tepatnya Teuku Adriansyah. Mahasiswa teknik mesin semester V, asal Aceh.
Adriansyah ini adalah ketua club volly. Anaknya benar-benar jago maen volly. Bila dia turun main membela kampus maka penonton akan bersorak-soari mendukungnya. Apalagi cewek-cewek. Selain menikmati permainannya yang oke, cewek-cewek ini juga sekaligus menikmati keindahan fisiknya. Wajahnya ganteng ditopang tubuh bertinggi berat 178 cm dan 65 kg. Siapa yang enggak ngiler lihatnya.
“Hari ini kita mengadakan serangkaian tes. Bisa jadi kalian diterima seluruhnya. Namun bukan tidak mungkin satupun dari kalian tidak ada yang diterima. Kami hanya merekrut mereka-mereka yang benar-benar berkualitas, patuh pada aturan club, dan loyal melaksanakan perintah senior,” demikian Adriansyah mengawali arahannya.
Sepuluh calon anggota baru manggut-manggut. Adriansyah menyambung lagi kata-katanya,
“Tes pertama adalah wawancara sekaligus tes kemampuan fisik. Disini para interviewer akan meneliti secara komprehensif kesungguhan dan motivasi kalian bergabung di club. Selain itu juga untuk mengorek inforai pengalaman yang kalian miliki di bidang olah raga khususnya volly. Karena itu seperti yang diumumkan dalam selebaran pengumuman, apabila kalian memiliki piagam, sertifikat penghargaan berkaitan dengan kegiatan olah raga silakan diperlihatkan pada interviewer nanti. Selain itu pewawancara juga akan mengetes fisik kalian. Silakan tunjukkan kemampuan fisik kalian yang prima. Tes wawancara dan fisik ini akan berakhir siang nanti menjelang makan siang. Setelah makan siang dan istirahat tes akan dilanjutkan dengan kemampuan bermain volly hingga selesai. Barangkali itu aja, ada yang ingin bertanya?” tanya Adriansyah.
Semua diam.
“Baiklah kalau gitu. Karena enggak ada yang ngajuin pertanyaan, maka kita mulai saja tes wawancara dan fisik. aing-aing kalian akan dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara yang tempatnya ditentukan oleh senior itu sendiri. Dimanapun tempatnya kalian tidak boleh protes. Meskipun di toilet sekalipun. Semua pertanyaan harus dijawab, semua perintah senior harus dilaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Ini perlu saya tekankan sekali lagi. Hasil tes wawancara dan fisik sangat menentukan lulus tidaknya kalian nanti,” Adriansyah mengakhiri arahannya. Ini sih namanya plonco dibungkus rekrutmen, batin Indra.
Tapi dia cuek aja. Itung-itung latihan mental dan fisik, katanya dalam hati. Satu persatu calon peserta dibawa oleh dua orang senior ke tempat wawancara. Beneran, ada juga yang dibawa ke toilet wanita, hehehe. Akhirnya tiba giliran Indra. Yang membawanya adalah Adriansyah dan seorang senior berkulit hitam. Daniel Marantika namanya. Meski hitam orangnya ganteng banget. Hidungnya mancung, rahangnya kukuh dan tubuhnya kekar sekali. Daniel ini adalah kapten tim volly kampus saat ini. Indra merasa bangga karena yang mewawancarainya adalah sua orang yang sama-sama punya nama di club.
Indra mengikuti langkah Adriansyah dan Daniel yang membawanya meninggalkan lapangan. Mereka membawanya ke salah satu ruang ganti yang banyak terdapat dipinggir lapangan. Ruang ganti itu tidak terlalu besar ukurannya. Hanya sekitar lebih kurang 3 x 3 meter persegi. Biasanya digunakan untuk tempat ganti pakaian empat sampai lima orang. Adriansyah dan Daniel mempersilakan Indra meauki ruangan.
Didalam sudah disediakan tiga kursi lipat disusun berhadapan. Indra dipersilakan duduk menghadap kedua senior itu. Sebelum memulai wawancara Indra melihat Daniel mengunci pintu ruang ganti dan mengantongi kunci itu di saku celana pendeknya.
“Nama?” tanya Adriansyah mengawali wawancara.
“Indra,” jawab Indra singkat.
“Nama lengkap dong,” sela Daniel.
“Muhammad Indra Ramadhan,” jawab Indra lagi.
“Hmm.. Nama yang bagus,” Adriansyah manggut-manggut,
“Turunan Arab ya?” sambungnya.
“Iya,” jawab Indra sambil mikir kok mesti nanya-nanya SARA sih.
“Asal?”
“Palembang,”
“Disini tinggal sama siapa?”
“Kos,”
“Dimana?” “Dago,”
Bergantian Adriansyah dan Daniel mengajukan pertanyaan.
“Mmm sudah punya cewek?” ini Daniel yang nanya.
Lho, kok nanya yang beginian sih? Batin Indra. Aneh. Enggak nyambung sama urusan volly. Tapi karena ingat arahan Adriansyah di lapangan tadi segala pertanyaan harus dijawab tanpa protes, maka dijawab juga pertanyaan itu oleh Indra.
“Sudah a.”
“Cool, dimana ceweknya sekarang?”
“Di Palembang a dia enggak lulus SPMB kemarin,”
“Pacaran jarak jauh nih ceritanya. Punya labaan dong disini,” kata Adriansyah tersenyum nakal. Waduh, kok makin ngawur pertanyaannya.
“Kok pertanyaannya enggak soal volly a,” tanya Indra.
“Tadi kamu dengar arahan kan. Semua pertanyaan harus dijawab. Kita berdua bebas nanyain apa aja dan kamu enggak boleh protes. kalau gitu wawancaranya dihentikan aja, kamu boleh pulang,” ancam Daniel. Indra jadi serba salah.
“Bukan gitu a. Sorry kalau gitu. Apa tadi pertanyaannya? O iya labaan ya.. Mmm.. Ada sih. Namanya juga laki-laki a, hehehe,” Indra nyengir grogi.
Adriansyah dan daniel menatap tajam padanya. Indra makin grogi jadinya.
“Pernah ngesex dong. Sering mungkin,” tanya Daniel dingin.
“Erngg.. Pernah a. Kalian berdua juga pernah kan, hehe,” Indra coba mencairkan suasana.
Tapi percuma.
“Yang ditanya kamu, bukan kami. Jadi enggak usah bertanya soal kami,” Adriansyah berkata sama dinginnya seperti Daniel.
“Pernah apa enggak?”
“Pernah a,” Indra makin grogi.
“Sama dua-duanya?” tanya Daniel.
“Iya,”
“Berapa kali seminggu?”
“Bisa empat sampai lima kali a,”
“Nafsu gede kamu ya,”
“Enggak juga a,”
“Kebanyakan ngesex enggak loyo badan kamu? Bisa ganggu aktifitas olah raga dong,” tanya Adriansyah.
Nah ini pertanyaan sudah mulai ke aalahnya, fikir Indra. Semangat Indra menjawab.
“Enggak lah a. Malah semakin semangat. Yang penting stamina tetap dijaga. Saya selalu makan makanan yang bergizi dan minum susu,”
“Hmm.. Gitu ya,”
“Iya a,”
“Enggak takut pacar dan labaan kamu hamil?” tanya Daniel.
Pertanyaannya kok balik-balik ke soal sex lagi sih? Fikir Indra. Tapi dia tak mau protes lagi. “Enggak a. Kan ngesexnya tembak luar,”
“Tembak luar?”
“Ejakulasinya dilakukan diluar a,”
“Kurang jelas,” kata Daniel.
Gimana sih? sudah segede ini aak mereka berdua enggak ngerti, batin Indra. Percuma ganteng-ganteng dan body gede kayak gini kalau enggak pernah ngesex. aak enggak ngerti tembak luar. Ada-ada aja. Kata Indra dalam hati.
“Maksudnya gini a, kalau sperma sudah mau nyembur maka penis dicabut dari vagina. Terus spermanya disemburin di luar,”
“Mmm.. Disemburin dimana spermanya?” tanya Adriansyah cuek. Astaga!
“Ya terserah a. Bisa di perut. Di dada, di muka, terserah,”
“Mmm gitu ya,”
“Iya a. Kalian berdua belon pernah ya?”
“Kok nanyain kita berdua?”
“O iya a. Lupa,”
“Waktu dikeluarin di luar, penisnya dikocok-kocok sendiri dong,”
“Ya iya dong a,”
“Sama dengan coli dong kalau gitu,”
“Enggak dong a. kalau ini kan sempat diaukin vagina. Kalau coli kan enggak. pakai tangan doang,”
“Kurang seru ya Niel,” kata Adriansyah pada Daniel.
“Iya. Tembak dalam baru asyik,”
“Kalian berdua suka tembak dalam ya. Enggak kuatir entar hamil?”
“Ngapain takut hamil, kita tahu caranya supaya enggak hamil kok,”
“Pakai kondom ya a,”
“Buang-buang duit pakai kondom,”
“Hitung kalender ya,”
“Kayak akuntan aja pakai hitung-hitungan,”
“Kalian berdua ikutan vasektomi ya, maaf lo a,”
“Enak aja. Sialan lo,” Indra nyengir.
“Abis gimana dong?”
“Mau tahu caranya?”
“Boleh a,”
“Sabar ya. Entar pasti dikasih tahu. Sekarang lanjutin wawancara aja dulu,”
“Yaa..” Indra mulai penasaran.
Anak satu ini emang gila sex. Jadi kalau sudah dipancing bicara soal itu maka dia akan semangat banget.
“Penasaran ya,”
“Iya.. “
“Hehehe. Sabar ya Indra. Eh, ngomong-ngomong kamu punya penyakit dalam enggak?”
“Penyakit dalam? enggak ada Mas. Saya sehat luar dalam,”
“Korengan enggak lo,”
“Kalian ada-ada aja,”
“Bawa surat keterangan dokter?”
“Enggak ada Mas. Kan enggak ada disuruh bawa. Saya cuman bawa piagam dan sertifikat prestasi olah raga doang,”
“Kamu harusnya kreatif dong. Meski enggak disuruh, harusnya bawa. Soalnya kan itu bukti otentik mengenai keterangan kamu sehat atau enggak. Siapa tahu diperlukan. Ternyata sekarang diperlukan kan?” kata Adriansyah.
“Terus gimana dong Mas?”
“Kamu harus buktiin dong kalau kamu emang benar sehat luar dalam,”
“Kalian bisa lihat kan tubuh saya enggak ada koreng atau sejenisnya. Kalian lihat deh,” Indra mengangkat kaosnya ke atas menunjukkan perut dan dadanya yang putih bersih. Juga mengangkat celananya menunjukkan pahanya yang berotot itu benar-benar putih bersih. Enggak ada bekas koreng. Adrianysah dan Daniel serius memandangi.
“Itu kan luarnya doang, dalemnya gimana. Kita harus buktikan kamu itu emang sehat luar dalem. Kalau enggak kita enggak bisa ngelulusin,” Daniel ngomong berwibawa.
Indra mengkeret. Ia enggak mau enggak lulus seleksi hanya karena hal sepele doang.
“Kalau gitu nanti saya urus surat keterangannya Mas,”
“Kita perlunya sekarang,”
“Saya benar-benar enggak ngerti harus gimana Mas. Sekarang terserah Kalian berdua aja gimana caranya,”
“Kalau kita periksa mau? Gini-gini kita pernah jadi anggota PMR, jadi ngerti kesehatan tubuh manusia,” terang Adriansyah.
“Terserah Kalian aja,” Indra pasrah.
“Oke kalau gitu. Bawa steteskop Niel?”
“Bawa dong. Ada di tas,” Daniel beringsut mengambil steteskop ditas ransel yang dibawanya. Indra bingung anak teknik kok bawa-bawa steteskop, kayak dokter aja, fikirnya.
“Kenapa? Bingung ngelihat Daniel bawa ginian. Ini namanya mengantisipasi orang-orang kayak kamu,” terang Adriansyah menjawab tanda tanya Indra.
Jawaban ini membuat Indra nyengir malu, Adriansyah ternyata bisa menebak fikirannya.
“Sekarang buka baju biar diperiksa kesehatan kamu,” kata Adriansyah.
“Berdiri disitu,” Indra berdiri lalu melepaskan kaosnya. Kemudian tegak menunggu.
“Celananya juga,” kata Daniel.
“Celana?” Indra meyakinkan.
Ia memandang Daniel dan Adriansyah bergantian.
“Iya celananya juga. Celana dalam juga. Sepatu sama kaos kaki enggak usah,” sahut Adriansyah.
“Telanjang maksudnya?”
“Yup,”
“Buat apa?”
“Siapa tahu elo ambeyen,”
“Enggaklah Mas. Saya enggak ambeyen,”
“Makanya buka semua. Kalau emang enggak ambeyen ngapain takut,”
“Bukan takut.. Tapi.. “
“Malu? Ada-ada aja. Sama-sama cowok juga kok mesti malu. Atau kami perlu telanjang juga sekalian supaya kamu enggak malu?”
“Enggak usah Mas,” Indra segera melepaskan seluruh pakaiannya. Kini tubuhnya yang kekar telanjang bulat dihadapan Adriansyah dan Daniel.
“Suka fitness ya Ndra?” tanya Daniel.
“Rutin Mas. Seminggu dua kali,”
“Pantes. Renang juga ya?”
“Iya,”
“Otot lengan, dada, dan perut kamu terbentuk bagus jadinya,” kata Adriansyah.
Dengan santai ia meremas otot-otot Indra, membuat cowok ini merasa risih. Adriansyah menempelkan steteskop di dada bidang Indra. Ia mendengarkan dengan serius degup jantung pemuda itu. Berdiri telanjang dihadapan dua cowok seperti itu membuat Indra deg-degan. Jantungnya berdegup kencang.
“Kok degupannya keras banget Ndra. Jangan gugup dong,” kata Adriansyah.
Indra nyengir. Stetoskop berpindah-pindah tempat. Dari dada kiri ke kanan. Ke perut dan sebagainya. Indra bingung kok meriksanya begitu sih? Fikirnya. Adriansyah menghentikan pemeriksaan steteskopnya.
“Ada yang perlu diperiksa lagi Niel?” tanyanya.
Daniel mengangguk, ia berdiri di belakang Indra. Jemarinya mengelus punggung pemuda itu. Kemudian turun kebawah ke pinggang dan buah pantat Indra.
“Kamu bungkuk deh. Nungging,” kata Daniel.
“Untuk apa Mas?”
“Saya mau periksa kamu ambeyen atau enggak?” jawab Daniel.
Indra akhirnya nurut. Ia membungkukkan badan dan melebarkan pahanya. Daniel jongkok di belakang Indra. Membuka buah pantat Indra dengan santai. Indra menunggu apa yang dilakukan Daniel. Ia jadi inget ketika ikutan tes masuk SMU Taruna Nusantara. Dulu diapun diginiin untuk tes pemeriksaan ambeyen. Jemari Daniel tiba-tiba menyusup ke celah pantatnya. Indra memejamkan matanya. Rasanya perih.
“Seret Ndra, tolong ambilin baby oil itu deh,” kata Daniel.
Akhirnya Indra tahu apa guna baby oil yang sejak tadi diletakkan dekat tempat duduk Adriansyah dan Daniel. Adriansyah segera melemparkan botol baby oil itu pada Daniel. Cowok Ambon itu segera melumuri jari tengahnya dengan cairan baby oil itu. Kemudian jari itu dimasukkannya lagi ke celah lobang pantat Indra. Jari itu menusuk ke dalam. Indra membiarkan saja.
Namun apa yang dilakukan Daniel kemudian membuat Indra terhenyak. Jari tengah Daniel bergerak-gerak, mengaduk-aduk lobang pantatnya. Indra merinding. Rasanya geli-geli enak. Jari tengah Daniel bergerak maju mundur di celah lobang pantat Indra. Menimbulkan gesekan yang membuat Indra keenakan. Ia memejamkan matanya. Bibir bawahnya digigitnya.
“Kenapa Ndra? Enak ya?” tiba-tiba Adriansyah sudah berbisik di telinganya. Bibir cowok ganteng itu dirasakannya menyentuh daun telinganya.
“He eh,” Indra menyahut lirih.
Wajahnya merah. Ia ketangkap basah menikmati sodokan jari Daniel itu.
“Pemeriksaannya sudah selesai, kamu bebas ambeyen Ndra. Jarinya mau dikeluarin atau tetap didalam aja?” tanya Daniel dari belakang.
“Biarin didalem aja Mas,” kata Indra pelan.
“Ya sudah kalau gitu,” Daniel melanjutkan sodokan jarinya. Keluar masuk lobang pantat Indra. Sensasi yang ditimbulkan membuat Indra terangsang. Tanpa disadarinya penisnya membesar.
“Penis kamu kok ngaceng sih Ndra?” tanya Adriansyah.
Tiba-tiba tangannya sudah menggenggam penis Indra yang gemuk dan panjang. Tangan itu licin. Rupanya Adriansyah melumuri tangannya dengan baby oil. Perlahan tangan Adriansyah meremas-remas lembut batang penis Indra.
“Ahh.. ” tanpa sadar Indra mengerang. Tangan Adriansyah semakin nakal. Kini mulai bergerak seperti mengocok dengan lembut.
“Enak Ndra?” tanya Adriansyah lagi.
“He eh,”
“Mau yang lebih enak Ndra?” tanya Daniel.
“Mau mas. Mau,” seminggu tak ‘bercinta’ dengan Dini membuat Indra tak bisa menguasai nafsunya.
Ia membiarkan saja dua laki-laki tampan dan jantan itu mengerjai daerah sekitar selangkangannya. Mulut Daniel dirasakan Indra menyentuh kulit buah pantatnya. Sesaat kemudian dari mulut itu keluar lidah Daniel. Lidah itu mulai melakukan jilatan-jilatan di sekitar pantat Indra.
“Ahh.. ” Indra kembali mengerang.
Matanya dipejamkannya kuat-kuat. Tanpa disadarinya Adriansyah rupanya sudah jongkok dihadapannya. Tiba-tiba Indra merasakan kepala penisnya dikulum. Seperti kuluman Reny atau Dini. Indra menggelihat. Rasanya kepalanya ringan. Tubuhnya seperti melayang. Ia sangat keenakan merasakan kuluman dan jilatan di daerah vitalnya. Lidah Daniel menyapu celah pantat, hingga buah pelernya yang menggantung.
Sementara mulut Adriansyah mengulum kepala penisnya sambil menyapukan lidahnya di dalam mulut. Indra mengerang. Sekian lama Indra terbius oleh permainan mulut kedua laki-laki gagah itu. Ia terhanyut. Ia lupa bahwa yang melakukan itu adalah laki-laki sama sepertinya. Namun pada satu waktu tertentu ia tersadar. Akal sehat menguasainya kembali.
“Astaga! Ini gila!” seru Indra tiba-tiba.
Ia melepaskan dirinya dari kedua laki-laki itu. Ia menjauh dari keduanya.
“Kalian.. Mengapa kalian melakukannya padaku.. Tak kusangka kalian gay,” katanya dengan ekspresi yang campur baur.
Penuh birahi dan bingung dengan apa yang terjadi. Adriansyah dan Daniel berdiri tegak menatap Indra.
“Apa maksud kamu Ndra?” tanya Adriansyah.
“Kalian homo. Kalian dua laki-laki homo. Aku tak mau diperlakukan seperti itu,”
“Kamu ada-ada saja. Bukankah tadi kami melakukannya atas permintaanmu,”
“Aku tadi khilaf. Tak sadar,”
“Jangan berdalih. Kamu tidak dalam keadaan mabuk Ndra. Kamu menikmatinya, akui sajalah,” kata Daniel tegas.
“Aku.. Aku.. Tak mengertii.. Aku tidak mau jadi homo seperti kalian,” Indra bingung.
Adriansyah dan Daniel mendekat. Memegang tubuh Indra erat.
“Tak usah bingung Ndra. Mari kami jelaskan. Duduklah dulu,” ajak Adriansyah.
Indra mengikuti meskipun bingung.
“Kamu salah persepsi tentang kami berdua,” kata Daniel.
“Salah persepsi bagaimana? Kalian jelas-jelas gay. Aak kalian mau ngemut penis dan jilat pantatku?”
“Kamu kurang memahami sex Ndra. Makanya banyak-banyak baca buku tentang sex. Bukan berarti karena kami ngemut penis kamu terus kami jadi homo,” kata Adriansyah.
“Jadi apa namanya?”
“Entahlah. Yang pasti kami hanya bermaksud mengajarkan kamu melakukan sex dan dapat berejakulasi di dalam tanpa perlu takut hamil”
“Maksud kalian anal sex?”
“Begitulah kira-kira,”
“Dengan sejenis?”
“Ya,”
“Itu gay sex namanya,”
“Terserah kamu menyebutnya apa. Yang pasti meskipun kita melakukannya namun tidak mengurangi rasa suka kita pada cewek Ndra,” kata Daniel.
“Maksud kalian?”
“Kami sudah sering melakukannya berdua. Tak ada komitmen. Tak ada cinta. Hanya memuaskan birahi saja. Dan yang terpenting tidak mengganggu hubungan cinta dengan cewek kami masing-masing,”
“Kalian.. Sering melakukannya?”
“Ya.. Mengapa? Ada yang aneh?”
“Kalian gila,”
“Terserah apa katamu,” Adriansyah tak berkata-kata lagi.
Ia memandang ke arah Indra dengan tatapan tajam. Indra grogi akan pandangan itu. Ia membuang muka. Perlahan-lahan Adriansyah melepaskan pakaiannya diikuti oleh Daniel. Kedua cowok itu kini telanjang bulat dihadapan Indra, hanya sepatu dan kaos kaki saja yang tidak mereka lepas.
Keduanya kemudian merapat. Lalu berpelukan erat dilanjutkan dengan saling melumat bibir. Penuh nafsu dan buas. Jemari mereka saling meraba ke semua lekuk-lekuk tubuh mereka yang berotot kencang. Indra merinding melihatnya. Kembali ia membuang muka.
“Gila. Aku mau keluar dari sini,” kata Indra.
Ia melangkah ke arah pintu. Diputarnya gerendel pintu namun terkunci. Ia teringat bahwa kunci itu disimpan di kantong celana Daniel. Indra mengarahkan pandangannya ke arah Adriansyah dan Daniel kembali. Mencari-cari celana Daniel yang tadi terserak setelah dilepaskan oleh cowok Ambon itu.
Mau tak mau ia kembali menatap Adriansyah dan Daniel yang aih terus beraksi. Malah semakin vulgar. Mulut Adriansyah sibuk melumat puting susu Daniel yang kecoklatan, membuat cowok Ambon itu menggelinjang-gelinjang. Adriansyah semakin liar, ia melanjutkan lumatan bibirnya ke ketiak Daniel yang penuh bulu. Tanpa risih dan jijik mulut Adriansyah menyelomoti ketiak teman satu clubnya itu. Indra terhenyak. Tak pernah dibayangkannya hal seperti ini. Menonton pergumulan cabul dua laki-laki jantan. Melihat pemandangan baru ini membuatnya lupa mencari kunci pintu.
Pandangannya tak lepas melihat apa yang dikerjakan oleh dua mahasiswa teknik seniornya itu. Adriansyah kemudian menungging seperti anjing, tangan dan kakinya digunakan sebagai tumpuan. Daniel berjalan ke belakang Adriansyah. Juga menungging, wajahnya tepat di buah pantat Adriansyah yang putih dan montok. Lidah Daniel kemudian sibuk menjilat-jilat pantat dan penis Adriansyah. Penis Adriansyah yang gemuk dan panjang ditarik Daniel ke belakang untuk memudahkannya mengulum dengan penuh kenikmatan. Seperti anak kecil mengulum permen. Keduanya benar-benar penuh gairah birahi. Mereka tak memperdulikan lagi keberadaan Indra. Warna kulit mereka yang hitam dan putih terlihat sangat kontras. Puas dengan kulum mengulum penis dalam posisi nungging keduanya melanjutkan ke posisi selanjutnya.
Adriansyah dan Daniel berbaring di lantai. Penis Adriansyah masih di mulut Daniel. Adriansyah kemudian memutar tubuhnya. Mulutnya mencari-cari penis Daniel. Setelah ketemu penis yang gemuk dan panjang berwarna gelap itu langsung dikulumnya. Indra bingung. Melihat percumbuan cabul dua mahasiswa itu membuatnya terangsang. Penisnya mengeras. Akal sehatnya hilang sudah. Tangannya mengambil botol baby oil, lalu melumuri isinya ke telapak tangannya. Duduk mengangkang di lantai dikocoknya penisnya sendiri sambil mempelototi percumbuan Adriansyah dan Daniel.
Adriansyah mendekati Indra. Ia tersenyum mesum melihat Indra yang terangsang dengan percumbuan mereka. Mulutnya langsung mencaplok penis Indra. Daniel mengikuti. Dua laki-laki itu lalu asyik mengulum penis Indra dengan buas. Mereka saling berebutan seperti anjing berebut tulang.
Sesekali celah pantat Indra yang ditumbuhi bulu halus pun mereka jilat. Indra seperti kerasukan setan. Ia mengerang-erang. Pahanya dikangkangkannya semakin lebar. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi Adriansyah dan Daniel mengerjai perkakas cintanya. Tangannya mencari-cari penis dua seniornya itu. Setelah dapat tangannya langsung menggenggam penis Adriansyah dan Daniel. Kemudian mengocoknya dengan penuh semangat birahi yang liar.
Capek berebut penis Indra dengan rekannya, Daniel bangkit. Tinggallah Adriansyah sendiri mengulumi penis Indra. Daniel mendekatkan selangkangannya ke wajah Indra. Cowok ini langsung paham keinginan Daniel. Tanpa fikir dua kali penis Daniel yang hitam, gemuk dan panjang itu langsung ditelannya. Mulutnya menyelomot dengan buas. Sambil menyelomot tangannya terus mengocok-ngocok penis cowok Ambon itu dan penis Adriansyah.
Pantat Daniel bergerak maju mundur. Kepalanya menengadah. Mulutnya mengeluarkan erangan-erangan. Ia begitu keenakan. Sedotan mulut Indra di penisnya dirasakannya seperti reaan vagina. Layaknya seperti ‘bercinta’ saja dirasakannya saat itu. Meski belum pernah melakukan pergumulan sex dengan sejenis tapi Indra cepat dapat beradaptasi. Ia langsung tahu apa yang harus dilakukannya. Mungkin karena cowok ini sudah berpengalaman bercinta sebelumnya. Pada dasarnya ia hanya melakukan apa yang biasanya diperbuatnya saat bercinta. Memfungsikan seluruh organ tubuh untuk membangkitkan birahi pasangan bercintanya. Mungkin inilah yang dinamakan insting sexual.
Di selangkangan Indra Adriansyah terus mengulum dengan giat. Tak lupa jarinya mengaduk-aduk lubang pantat Indra. Tentu saja hal ini membuat Indra semakin menggila. Tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pantatnya meresapi nikmatnya sodokan jari Adriansyah yang keluar masuk lubang pantatnya. Padahal sudah tiga jari Adriansyah yang keluar masuk lubang pantatnya itu. Namun Indra tak merasakan sakit. Hanya sensasi nikmat yang dirasakannya.
“Ohh.. Oohh.. A.. A.. Enak bangethh.. ” kata Indra meracau.
“Kamu suka Ndra? Suka?” tanya Adriansyah.
“Suka a.. Suka bangethh.. Sshh.. “
“Mau Kalian kasih yang lebih enak Ndra?”
“Apa itu? ahh.. Sshh.. “
“Kalian masukin ya pantat Indra?”
“Masukin apa? aghh.. “
“Penis Kalian,”
“Jangan sakithh.. “
“Enggak sakit Ndrah, coabin deh.. “
“Jangan mas,”
Tapi Adriansyah enggak perduli. Ia langsung bersimpuh diantara selangkangan Indra. Paha Indra diletakkannya diatas pahanya. Tangannya mencengkeram paha Indra kuat-kuat, menahan cowok itu agar tak bergerak. Indra ketakutan melihat penis Adriansyah yang segede terong menyapu-nyapu bibir celah pantatnya. Wajahnya dipalingkannya kebawah, mencoba melihat apa yang akan dilakukan Adrianysah. Namun Daniel yang sedang keenakan enggak rela kuluman Indra pada penisnya terhenti.
Ditariknya wajah Indra agar tetap mengulum penisnya. Jadilah Indra mengulum penis Daniel sambil melirik dengan mata mendelik melihat apa yang akan dikerjakan Adriansyah. Kepala penis Adriansyah menekan ke celah pantat Indra yang basah oleh keringat dan lumuran baby oil dari jari Adriansyah. Dinding bibir celah pantat Indra melesak masuk ke dalam saat kepala penis Adriansyah mendorong masuk.
“Mas ahh.. Ahh.. ” Indra mengerang.
Tak terlalu perih memang dirasakannya karena lubang pantatnya sudah licin dan tadi juga sudah disodok jari oleh Adriansyah. Namun anal sex adalah hal baru buatnya. Desakan kepala penis Adriansyah ke lubang pantatnya cukup membuatnya kurang nyaman. Lubang pantatnya terasa penuh.
“Pelan-pelan mas,” katanya lirih.
Adriansyah mencium hidung mancung Indra.
“Tahan dikit ya Ndra. Entar juga enak kok,” katanya tersenyum.
Penisnya terus menekan masuk. Makin lama makin dalam. Sambil terus menggoyang pantat Daniel memperhatikan apa yang dikerjakan Adriansyah. Tangannya mengelus-elus rambut Indra yang hitam dan ikal.
“Mas ohh.. Gede banget Ahh..” Indra mengerang.
Adriansyah tersenyum bangga. Penisnya emang gede. Pernah lihat terong ungu? Nah segitulah ukuran penis Adriansyah. Coba aja tes terong ungu masukin pantat, gimana rasanya. Penis Adriansyah masuk sudah semuanya. Memenuhi rongga lubang pantat Indra. Jembut Adriansyah yang lebat dan kasar menggesek-gesek pantat Indra.
“Gimana Ndra?” tanya Adriansyah tersenyum mesum.
“Gila mas, kok bisa masuk ya?” sahut Indra tak percaya.
Dilepaskannya penis Daniel dari mulutnya. Kepalanya menoleh ke bawah memandang tak percaya pada lubang pantatnya yang sempit namun bisa menelan penis Adriansyah yang gede seluruhnya.
“Itulah hebatnya,” jawab Adriansyah sok bijak sambil nyengir. Indra hanya menggeleng-geleng tak percaya.
“Gimana rasanya Ndra?”
“Penuh mas,” jawab Indra.
“Kalian goyang ya,” kata Adriansyah.
“Cobain mas,” jawab Indra.
Adriansyah menarik penisnya keluar. Tak seluruhnya. Indra mengerang. Gesekan penis itu terasa aneh banginya. Sedikit perih namun kok enak. Adriansyah mendorong masuk lagi. Lalu tarik lagi, masuk lagi.
“Ahh.. mas, gila enak mas,” kata Indra.

“Enak kan, nikmatin yah,” Adriansyah bergerak terus.
“Aohh.. Mas kali cewek ngerasain enak begini ya waktu vaginanya dientot penis,” kata Indra.
“Mungkin Ndra.. Ahh.. Ahh.. “
“Pantes mereka doyan, ahh.. Ahh.. Ahh.. “
“Ndra penis gue emut lagi dong,” kata Daniel.
Rupanya dia keki juga dicuekin. Indra segera menyeruput penis Daniel lagi. Kulumannya makin semangat. Soalnya dia keenakan sih dientot Adriansyah. Jadi semangatnya makin menggelora.
“Ouhh.. Slurrpp.. Slurrpp.. Ohhmm.. Mmhh.. Aohh.. Slururpp..”
Mulut Indra ramai dengan lenguhan, erangan dan suara sedotan. Adriansyah terus bergerak. Makin lama makin cepat, menimbulkan suara kecipak dan tepukan yang keras. Mulutnya mencari dada bidang Indra. Kemudian sibuk melumat dengan buas. Ketiga laki-laki itu begitu binal. Tubuh mereka basah bersimbah keringat. Mengkilap membuat otot-otot mereka semakin terlihat tegas lekuknya. Mereka benar-benar sudah hanyut oleh birahi yang liar.
Seandainya saja cewek-cewek mereka melihat apa yang mereka kerjakan saat ini pasti akan syok. Tak menyangka kekasih mereka yang jantan ternyata begitu binal bermain cinta dengan sesama jenisnya. Mereka bercinta seperti kesetanan. Buas. Aroma keringat mereka yang jantan (bukan bau apek lho) memenuhi ruang ganti yang sempit itu. Hal ini malah membuat birahi mereka semakin menggila.
Pantat Adriansyah bergerak sangat cepat. Indra mengerang antara enak dan sakit. Dalam hati Indra tersenyum, tak menyangka kalau biasanya selama ini ia yang bergerak cepat ‘bercinta’ kini malah ia yang dientot seperti ini. Dan ternyata ia sangat menikmatinya. Lima belas menit berlalu.
“Ndri, gantian dong,” kata Daniel.
Rupanya diapun kepengen.
“Ahh.. Ah.. Ahh.. Dikithh.. Lagihh.. Nielhh.. Ahh.. Ahh.. Ahh.. ” jawab Adriansyah.
Gerakannya semakin cepat dan menghentak-hentak kuat. Ini tanda-tanda orgasme akan segera datang.
“Sudah mau keluar,” tanya Indra.
“He eh.. Ahh.. Ahh.. Ahh.. Ahh..” Adriansyah mencium dan mengulum payudara Indra dengan kuat. Lalu pantatnya menghetak keras untuk kemudian menekan kuat. Penisnya berdenyut-denyut. Tak lama dari lubang kencingnya menyembur cairan kental dan hangat. Menyemmprot deras membasahi rongga pantat Indra.
“Erghh.. ” Indra mendengus.
Semprotan itu menimbulkan sensasi yang aneh baginya. Nikmat. Tubuh Adriansyah roboh menindih Indra. Ototnya menegang. Daniel melepaskan penisnya dari multu Indra. Tubuh Adriansyah digesernya kesamping membuat cowok itu berbaring telentang di lantai dengan nafas menderu. Daniel menyuruh Indra menungging. Dengan terburu-buru Daneil menancapkan penisnya ke dalam lubang pantat Indra yang aih belepotan sperma Adriansyah. Indra menurut saja apa yang dikehendaki Daniel.
Karena sudah diembat Adriansyah sebelumnya maka Daniel tidak kerepotan membenamkan penisnya ke lubang pantat Indra. Ia langsung beregrak cepat. Rupanya penisnya sudah hampir orgasme karena dari tadi dikulumin Indra terus. Ia hanya ingin menuntaskan orgasmenya di lubang pantat juniornya yang ganteng dan kekar itu. Pinggang Indra dipeluk daniel erat-erat. Pantatnya bergerak cepat. Mulutnya mencumbu punggung Indra yang berorot. Indra ikut bergoyang pantat membalas. Ia sudah keranjingan dientot rupanya. Tak lama Danielpun orgasme. Tubuhnya kelojotan. Spermanya membasahi rongga lubang pantat Indra. Bercampur dengan sperma Adriansyah.
Kemudian tubuhnya terasa lemas. Tubuh Indra ditariknya ikut bersamanya berbaring berlantai. Nikmatnya lubang pantat Indra membuat Daniel tak ingin segera melepaskan penisnya dari situ. Tubuh Indra dipeluknya erat dari belakang. Ia berbaring di lantai dengan penis masih menyusup di celah lubang pantat Indra. Nafas Daniel memburu. Indra juga. Matanya terpejam. Ia menghayati sensasi orgasme Daniel di lubang pantatnya. Semburan sperma Daniel, dan sebelumnya Adriansyah, ternyata sangat luar biasa nikmat dirasakan Indra. Ia tak menyangka seperti itu rasanya.
“Gimana Ndra?” tanya Adriansyah sambil tersenyum menatap mata Indra.
“Gila, enak banget. Enggak nyangka seperti ini rasanya,” sahut Indra.
“Masih merasa bahwa kami ini gila?” tanya Adriansyah.
“Enggak lagi mas. Pantes aja Kalian berdua doyan. Habis enak sih. Ngomong-ngomong kalau Kalian berdua ‘bercinta’ siapa yang dientot?” tanya Indra.
“Ya gantian dong. Karena ‘bercinta’ sama enaknya. Jadi sayang dilewatin,”
“Kalau gitu saya boleh nyobain dong ngentotin Kalian berdua,”
“Boleh aja. Sekarang?”
“Kalau Kalian berkenan,” Indra nyengir.
“Ya sudah sini,” kata Adriansyah.
Dengan santai cowok ganteng dan jantan itu mengangkangkan pahanya yang berotot dan ramai dengan bulu-bulu halus. Entah kenapa Indra merasa sangat bergairah melihat cowok ganteng itu mengangkang seperti itu. Ia segera melepaskan diri dari pelukan Daniel lalu bersimpuh di depan selangkangan Adriansyah.
“Bikin licin dulu Ndra lubang pantat Kalian,”
“Pakai apa?”
“Pakai sperma yang ada di pantat elo aja,”
Indra segera mengambil sperma yang belepotan di pantatnya lalu dilumurinya di celah pantat Adriansyah. Sebagian dilumurinya juga di batang penisnya yang sudah mengacung.
“Nah sekarang pelan-pelan masukin,” kata Adriansyah.
Indra menekan kepala penisnya. Perlahan-lahan.
“Gila mas. Sempit banget,” komentarnya.
“Beda kan sama vagina,”
“Yoi, susah banget dimasukin,”
“Tekan terus Ndra,”
Dengan bimbingan Adriansyah akhirnya penis Indra dapat menembus lubang pantat seniornya itu.
“Ahh.. Rasanya mencengkeram ya,”
“Itu otot-otot rongga pantat Ndra. Lebih ngeremas dari vagina kan,”
“Yoi, rasanya enak banget,”
“Sekarang coba digenjot deh,” Indra memulai genjotannya. Pelan.
“Ohh.. A enak mas. Nyesel deh baru sekarang nyobainnya.. Ahh.. Ahh.. “
“Makanya.. Hehe.. “
Begitulah. Dengan penuh semangat Indra menggenjot seniornya itu. Pengalaman baru ini dirasakannya sangat luar biasa. Tak ada lagi rasa jengah, jijik, risih pada dirinya. Padahal orang yang sedang dientotnya dengan penuh birahi itu adalah laki-laki seperti dirinya. Sama-sama memiliki penis sepertinya yang mana saat itu penis Adriansyah bergoyang-goyang akibat genjotan Indra.
Mulut Indra sibuk menjelajahi tubuh Adriansyah yang kekar. Dada, perut, leher, wajah, ketiak dan setiap lekuk tubuh cowok tampan itu tak luput dari lumatan bibir Indra.
“Buas banget sih Ndra,” komentar Adriansyah menggoda cowok Palembang itu.
“Habis enak mas.. Ohh.. Ohh.. Ohh.. Ohh.. ” balas Indra nakal.
Indra menyuruh Adriansyah bertukar posisi beberapa kali. Mulai dari telentang, nungging, duduk di lantai, plus duduk di kursi. Rupanya cowok ini doyan ‘bercinta’ dalam berbagai posisi. Melihat begitu bernafsunya Indra Daniel jadi terangsang. Dia minta gantian dengan Adriansyah. Indra sih santai aja.
Kini cowok Ambon itu yang dikerjainnya. Turunan Arab memang hebat stamina dalam bercinta. Empat puluh lima menit berlalu. Sudah terjadi pertukaran pemain antara Adriansyah dan Daniel. Namun Indra aih terus melaju. Daniel juga sudah kecapekan. Ia lalu meminta Adriansyah untuk kembali menggantikannya.
“Gila Ndra, kuat banget,” kata Adriansyah saat mengambil posisi menduduki penis Indra. Tubuh Indra berbaring di lantai.
“Ya memang gitu mas. Mau diapain lagi,” jawab Indra santai.
Adriansyah lalu bergerak cepat diatas tubuh Indra. Dipandanginya wajah cowok tampan yang penisnya sedang didalam lubang pantatnya ini. Keperkasaan pemuda ini menimbulkan rangsangan birahi yang berbeda bagi Adriansyah. Berbeda dari yang dirasakannya saat ‘bercinta’ dengan Daniel atau dengan beberapa laki-laki lain yang pernah ‘bercinta’ dengannya (ini rahasia lho, Adriansyah dan Daniel ini sudah sering ‘bercinta’ dengan laki-laki sebelumnya, terutama sesama tim volly, saat ini saja semua anggota tim volly sedang ngentotin para calon anggota, makanya wawancaranya dilakukan di tempat tertutup seperti ini, sebenarnya club volly ini adalah kumpulan laki-laki normal yang ternyata doyan juga ngesex dengan sejenis).
Saking bergairahnya tanpa sadar Adriansyah bergoyang ngebor bak Inul diatas tubuh Indra. Berputar-putar menghentak-hentak. Tentu saja ini membuat Indra semakin keenakan. Akhirnya persetubuhan mereka menjadi sangat liar dan binal. Sambil menghentak-hentak pantat dengan keras, Adriansyah mengocok-ngocok penis sendiri yang gemuk dan panjang. Sementara dalam keadaan berbaring Indra memegang pinggang Adriansyah dan ramping sambil menggoyangkan pantat bergerak membalas.
Mulut keduanya mengerang, nafas memburu. Daniel sampai terkesima melihat permainan keduanya. Beberapa kali ‘bercinta’ dengan sejenis tak pernah ia melihat pergumulan seliar ini. Dan akhirnya Adriansyah tak sanggup menahan orgasmenya. Dalam keadaan menghentakkan pantat keras-keras dan mengocok penis spermanya menyembur. Deras dan kuat. Melompat sampai mengenai wajahnya.
“Ndrahh.. Ohh.. Ndarhh.. Muncratt.. Ahh.. Ahh.. Ahh..”
Dibawahnya Indra juga berusaha keras menuntaskan orgasmenya. Mulutnya sampai manyun-manyun. Pantatnya mengentak kuat sekali. Beberapa saat kemudian akhirnya tuntaslah. Tubuh Indra kelojotan. Kepalanya menengadah. Pantatnya menekan keras ke atas. Adriansyah membalas menekan dengan tak kalah kuat. Ia ingin memberikan Indra kenikmatan sempurna saat orgasmenya datang. Dan sperma Indra menyembur-nyembur di lubang pantat Adriansyah. Deras dan banyak. Adriansyah menggeram, menikmati sensasi semburan itu yang luar biasa dirasakannya. Sementara Indra mengerang keras.
“Arhh.. Oohh.. “
Selanjutnya keduanya berbaring telentang bersisian. Nafas mereka memburu. Dada bidang mereka naik turun dengan cepat. Mereka kelelahan.
“Niel, hh.. Jam berapa sekarang?”
“Jam sebelas Ndri, kenapa?”
“Bangunin aku kalau jam istirahat sudah nyampe. Aku ingin tidur nih. Capek banget,” kata Adriansyah dengan suara lemas.
Yang ada difikirannya saat itu hanya tidur. Beristirahat untuk mengembalikan staminanya yang terkuras karena bercinta dengan Indra.
“Oke boss,” jawab Daniel tersenyum. Selanjutnya Adriansyah tertidur, demikian juga dengan Indra. Daniel juga menyusul. Sebelumnya disetelnya alarm jam tangannya agar membangunkannya jam dua belas, saat istirahat.
Akhirnya Indra diterima di club volly. Bukan hanya karena dia memang jago main volly, namun juga karena dia jago main penis, hehehe. Adriansyah tak mau kehilangan pemaen sepotensial Indra. Yang bisa memuaskan birahinya. Jadilah sejak itu hari-hari Indra diisi dengan kuliah, main volly, dan pesta sex dengan Adriansyah dan Daniel dan Robert, dan Dicky, dan banyak lagi. Hehehe. Ia benar-benar keranjingan ngesex dengan cowok. Saking keranjingannya, ia lebih memilih ajakan ngesex dari salah satu anggota tim volly yang sedang birahi tinggi di malam minggu daripada ngapelin Dini, labaannya. Mereka akan berpesta sex semalaman hingga pagi menjelang. Apalagi bila ajakan sex itu melibatkan tiga sampai empat orang cowok ganteng dan macho. Indra semakin bersemangat. Karena ia paling suka dientot atau ngentotin pantat sambil mengulum dua atau tiga penis sekaligus di mulutnya. Paling doyan bila penis itu tak kalah gede dibandingin terong ungu.

1 comment: